Dear Diary...
Pagi hari ini aku berkelana...
Menatap matahari terbit...
Cahaya mulai nampak bersinar...
Masyarakat mulai dengan aktivitasnya...
Hingga siang menjelang...
Matahari begitu teriknya...
Dan sore hari...
Matahari mulai terbenam...
Ku merenung...
Apa yang kudapatkan dari hari ini?
Aku kira besok hari...
Diriku pasti menemukan jawaban...
...
Pagi mulai terbit.
Aku pun segera menyambutnya...
Kulihat seorang pedagang sayur menjajakan dagangannya...
Dan beliau tetap tersenyum dan selalu menyambut para pelanggan...
Dengan hati yang penuh ceria...
Lalu hari menjelang siang...
Aku menatap pedagang tahu bermotor...
Menunjukkan senyum dan pelayanan terbaiknya...
Sekalipun adapun yang hanya membeli tahu...
Hanya 3 ribu rupiah...
Beliau tetap ceria melayani kami para pembeli...
...
Sore pun muncul...
Waktunya aku pulang ke rumah...
Dan menuliskan sebuah diary...
Matahari mulai terbenam...
Langit menghitam...
Seakan dunia tidak ada habisnya...
Berputar dan berputar...
Siang menjadi malam...
Pagi menjadi sore...
Namun apa gerangan yang kudapati?
Pada hari ini dan esok hari?
...
Esok pun mulai terang...
Ku tatap pedagang sayur...
Tetap ceria seperti biasa...
Senyum ramah dan sapa yang terjaga...
Begitupun di siang menjelang...
Pedagang tahu bermotor yang nampak selalu ceria...
Sekalipun masih ada yang belanja seadanya...
...
Aku kembali kerumah...
Dan menuangkan sebuah nilai-nilai...
Pada diary kecilku ini...
Bahwasanya...
Kebaikan sebesar biji zarrah pun...
Jika dilakukan dengan konsisten dan terjaga...
Niscaya akan terkenang sepanjang zaman...
Sekalipun zaman itu berubah...
Seperti perubahan siang dan malam...
Inilah hakikat kebaikan...
Yang terkenang sepanjang masa...
Tak peduli besar dan kecilnya...
Namun niscaya memberikan...
Kenyamanan...
Kehangatan...
Pada hati kecilku ini...
Dan terkisah pada anak cucu-ku...
Suatu hari nanti...
Tertanda.
Rian.
Cimahi, 1 November 2022.