Lihat ke Halaman Asli

INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)

Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Kritik di Hari Uang RI: Tidak akan Tercipta Kesejahteraan Jika Segala Sesuatu Diukur dengan Uang!

Diperbarui: 30 Oktober 2022   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kreasi Rian

Hai sahabat pembaca.

Tulisan ini didedikasikan sebagai bentuk Kritik tentang keberadaan uang yang diakui sebagai alat tukar yang dirayakan pada tanggal 30 Oktober 2022 sebagai Hari Oeang Republik Indonesia (HORI). Namun kini uang menjelma menjadi penguasa yang seakan menguasai pikiran dan hati manusia dalam berkehidupan dan bermasyarakat.

Demo Kenaikan Harga Kacang Kedelai (megapolitan.kompas.com - M Chaerul Halim)

Sudah bermunculan pemberitaan bahwasanya demo mogok produksi Tahu dan Tempe baru-baru ini terjadi karena kenaikan harga kacang kedelai. Hal ini dikeluhkan juga pada pemberitaan Kompas.com pada tanggal 23 Februari 2022, yang menjadi biang kerok petani ogah tanam kedelai. Kedelai lokal selalu kalah dengan kedelai impor, terutama dalam persaingan harga.

Lagi-lagi produktivitas masyarakat selalu terhambat karena masalah jumlah nominal uang yang berlaku sebagai alat tukar perekonomian bangsa ini.

Fenomena ini seakan menjerat masyarakat kepada degradasi semangat untuk tetap berproduktivitas secara mandiri tanpa harus bergantung pada produk impor. Seakan-akan uang kini menjelma menjadi permasalahan realitas dalam berkehidupan sosial-bermasyarakat.

Apakah sulit bangsa dan negeri kita melepas diri secara ekonomi dan pemenuhan kebutuhan masyarakat bertumpu selalu pada bangsa dan negeri lain? Sementara bangsa dan negeri kita kaya akan sumber daya?

Penyelidikan saya terhadapi fenomena tentang berlakunya sistem uang tidak berhenti pada soal produktivitas. Masyarakat yang berprofesi sebagai wirausahawan pun mengeluhkan, setiap harinya harus bekerja dari dini hari hingga sore hari. 

Hanya demi mengejar profit yang dinyatakan oleh nominal lembaran uang, sampai tidak memperhatikan kondisi kesehatan tubuh, dan kejenuhan yang membuat beliau semua mencari udara segar dalam rangka healing di setiap akhir pekan! 

Sungguh kehidupan perekonomian yang kian hari makin tidak sehat!

Apa artinya hidup di muka bumi jika terus-menerus mengejar profit, sementara kondisi dunia kian hari makin sulit? Kenaikan harga terus terjadi, namun mau tidak mau para pengusaha harus mampu mengejar profit untuk diputar balik modal dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Inikah konsep perekonomian berbasis sistem uang yang dikenal kapitalisme yang katanya bisa mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia! Nyatanya bikin kehidupan makin ruwet dan penuh akan ketidakseimbangan perekonomian yang kian hari makin nyata!

Ingat, yang amat dibutuhkan jasmani dan rohani manusia bukanlah uang!

Tapi yaitu:

  • Kesehatan.
  • Sandang, Pangan, dan Papan.
  • Kebutuhan Fisiologis (berumah tangga).
  • Keamanan.
  • Pendidikan.
  • Transportasi.
  • Hiburan/Entertainment (Seperti Gaming, Adventure, Karaoke, Pesta, dan lainnya)

Itulah kebutuhan paling utama dibutuhkan masyarakat sejatinya, dan Negara wajib memfasilitasi semua itu kepada seluruh rakyat. Uang hanyalah sarana untuk meraih hal-hal diatas! Lantas apa gunanya kita terus mempertahankan sistem kapitalisme di bumi Nusantara, sementara kondisi dunia semakin tidak baik-baik saja?

Mari kita pikirkan kembali.

Jika segala sesuatu diukur dengan nominal uang, yang terjadi hanyalah ketidakpuasan antar belah pihak, karena satu pihak ingin diuntungkan, dan tak menghindari kemungkinan pihak lain merasa dirugikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline