Lihat ke Halaman Asli

Hidup Bukan Sepenuhnya Tanggung Jawab Kita

Diperbarui: 22 Agustus 2022   17:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gb. Sisipus mendorong batu ke puncak bukit

Setiap orang punya kehendak, dan mereka selalu percaya sepenuhnya dengan rencana dan pilihan-pilihan hidupnya sendiri. Meski begitu, mereka tak pernah bebas dari keraguan dan bahkan mengalami kegagalan berkali-kali, orang tetap punya justifikasi untuk percaya dengan kehendaknya sendiri. 

Mungkin atau memang faktanya tidak pernah dijumpai adanya faktor misterius yang menjadi penyebab kegagalan atau keberhasilan itu, sehingga tidak ada alasan bagi orang untuk menggantungkan diri terhadap faktor lain apapun itu di luar dirinya.

Meski orang-orang selalu bisa meyakinkan diri bahwa memang tidak ada apapun yang bisa diandalkan selain diri mereka sendiri, dan seolah-olah itu menjadi fakta tak terbantahkan. 

Akan tetapi, mereka juga tidak bisa menyangkal fakta bahwa kemunculanya di panggung kehidupan ini adalah bukan atas kehendaknya, begitu pula ketika pada akhirnya mereka pun harus mati.

Muncul dan lenyapnya kita dari dunia ini yang begitu saja dan misterius, menjadi kompensasi atas ketidakpastian kehendak, pilihan, ambisi, tujuan dan rencana-rencana hidup. Sehingga tidak ada keharusan bagi kita untuk membebani diri dengan angan-angan yang seolah harus dan pasti bisa diwujudkan di dunia.

Beberapa orang mendeklarasikan diri mereka bahwa, "kehidupan sepenuhnya adalah karya kita", kini barangkali mereka perlu sedikit berandah hati dan mau meringankan beban tanggung jawab itu. 

Karena menanggung beban semacam itu pastinya berat dan sangat melelahkan.

Kehidupan yang berawal dan berakhir begitu saja tanpa keterlibatan kita, juga tak mesti menjamin jika segala hal dalam kehidupan ini pasti akan berjalan baik-baik saja sesuai kehendak kita. 

Kelihatanya memang begitu, ia selalu berjalan dengan kuasa dan caranya sendiri, bahkan tak sedikitpun memberi kesempatan buat kita untuk terlibat.

Boleh jadi kita skeptis untuk berspekulasi tentang adanya entitas apapun itu yang seolah serba mengatur dan serba mencampuri urusan hidup kita, tapi keadaan seringkali memaksa kita untuk mempostulatkan entitas semacam itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline