Lihat ke Halaman Asli

Rian Umbu

Penulis Jalanan

Tuan dan Puan, Kami Sengsara

Diperbarui: 19 Desember 2020   18:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Oleh : Rian Marviriks

Wahai tuan dan puan yang terhormat..
Kami hanyalah anak kecil yang tak terhormat...
Dari ujung padang sabana terdengar suara tangis sang janda...
Namun tuan dan puan tak lagi bersuara..

Wahai tuan dan puan yang sedang duduk manis...
kami tak sama dengan kalian yang selalu tertawa tak tulus...
Sedang sang janda harus menangis..
Demi anak yang sedang berbadan kurus..

wahai tuan dan puan pemilik tanahku...
Kami tak punya uang untuk membayar orang-orang melawanmu...
Tetapi kami masih punya hati nurani....
 Hendak dijadikan sennjata tuk membasmi..


Wahai Tuan dan Puan...
Teriakan duka kami akan selalu menegur kebijakanmu...
Tangisan dibalik gubuk reok akan mengutuk kemunafikanmu...
Sebab kami tahu...
Kalianlah membuat pertiwi kami menjadi bumi hantu...


Wahai Tuan dan Puan...
Dari ujung utara barat daya...
Kami memanggil nama tak bernyawa..
kami berseru dalam ketakukan..
kami diam dalam tangisan...

Sebab tuan dan puan selalu dilindungi..
Maka kami tak kuasa dalam menghancurkan dinding gedung mewah itu.

Kabali Dana,19-12-2020
Anak Desa dalam Tangisan

Rian Marviriks

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline