Lihat ke Halaman Asli

Rian Umbu

Penulis Jalanan

Kacang Sembunyi Sumba Vs Kopi Pahit Sumba Ala Aktivis

Diperbarui: 2 September 2019   15:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Disuatu hari,  tepatnya di pusat kota Kabupaten Sumba Barat Daya pukul 15:00 Waktu setempat,  tanpa sengaja saya dan salah seorang kawan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia(GMNI) DPC SBD mendapat sebungkus ole-ole Kacang sembunyi sembunyi dari salah seorang pengusaha lokal Waitabula.

Hal yang tak terduga,  ole-ole itu kami peroleh tanpa terpikirkan sebelumnya. Saat itu,  kami hendak bepergian kesekret GMNI untuk mendiskusikan arah politik Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya selama 5 tahun terakhir ini. Tanpa banyak bercerita,  saya dan seorang pejuang kaum marhaen langaung menerima ole-ole kacang sembunyi dengan rasa terimaksih yang paling dalam.

Saat itu pula, kami langsung menuju sekretariat untuk melanjutkan misi sebelumnya. Setiba di sekretariat, kami disambut meriah oleh parah junior dengan moto sapaan MERDEKA. Tak terasa lengkap,  akhirnya salah seorang junior dengan jiwa militannya dan inisiatifnya langsung bergegas membuatkan kopi pahit Sumba. Oh.. Serasa hidup telah menjadi lengkap ketika dalam diskusi ditemanin Kacang sembunyi sumba yang tak kalah girih dan secangkir kopi pahit  Sumba yang telah tersuguhkan.

Dokumentasi pribadi

Dalam diskusi itu,  seolah kacang asli sembunyi Sumba dan secangkir kopi pahit Sumba menjadi pemantik akan hal-hal dibicarakan. Sungguh menarik dalam mengupas hal-hal yang kritis.

Dokumentasi pribadi

Diskusi yang sangat menarik,  dimana kami zering bersama fungsi mahasiswa dalam mengawal kinerja pemerintah 5 tahun mendatang. Terselip pula,  pembahasan yang cukup 'tajam' dalam mengkaji sikap mahasiswa angkatan 98 dan dimasa saat ini.

Tak terasa,  secangkir kopi pahit dan sebungkus kacang asli sembunyi Sumba telah habis. Namun,  rasa empatik kami dalam membahas arah politik kekinian pun tidak habis-habisnya. Begitulah cara kami dalam menikmati sebungkus kacang sembunyi sumba dan secangkir kopi pahit.

Teringat kata bung karno, "Aku lebih senang pemuda yang merokok dan minum kopi sambil diskusi tentang bangsa ini, daripada pemuda kutu buku yg hanya memikirkan diri sendiri,".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline