Pijar Cita
Kerlipmu boleh kecil, sekecil asaku yang selalu kupintal dalam dada
Agar tetap hangat hingga menuju langit
Meski jika kubesarkan nyalamu, hidungku jadi hitam berjelaga di esok hari
Tapi masih tetap ada sepotong doa yang setiap hari diantar ibu di samping tikar pandan
Untuk sebuah cita-citaku
Di sinilah bernyala cita
Dan bisikan bapak tak pernah padam seperti nyalamu
"Teruskan cita-cita, sebab zaman akan berubah. Dan ketika kelak kau telah menghitung sukses, pasti tak kau lupa, doa yang menyala bersama nyala teplok."
Lalu terus kukejar bayang keinginan
Setiap lampu teplok dimatikan kusongsong fajar di ufuk timur
Dengan kaki telanjang berangkat sekolah
Bukit Nuris, 2021
Riami
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H