Lihat ke Halaman Asli

Ria Mi

Menulis memotivasi diri

Puisi | Perihal Kematian

Diperbarui: 2 September 2021   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Perihal Kematian


Oleh: Riami

Kematian serupa cinta
Yang dijemput, datang kapan saja
Meninggalkan kesan yang membekas di dada para orang-orang yang ditinggal dalam kisah

Menjadi riwayat kehidupan di alam fana
Bak lukisan alam, gunung, sawah, lembah, yang terguncang gelombang takdir

Kematian serupa bunga tumbuh, mekar, berjatuhan kelopaknya
Lalu meninggalkan buah yang manis atau pahit adalah catatan kehidupan yang nyata tersimpan dalam angan orang-orang terdekat

Bilakah engkau ingin lari dari kematian
Lalu kau pergi ke gunung, sedang malaikat maut menjemput untuk meletuskan atau melongsorkan gunung lalu membawamu kembali kepada-Nya

Bilakah engkau takut pada kematian di darat lalu kau pergi ke laut
Sedang Izrail sudah siap menenggelamkan kapal berapa pun besar dan beratnya
Untuk memelukmu dengan dekap paling dalam

Adakah yang berharap kematian, dari sebuah keputusasaan?
Jika Dia hendak menggodamu dengan ujian tak satu pun pedang, senapan atau racun sekalipun bisa merenggut napas, sekalipun napas tinggal satu detak di jantung

Kematian adalah kepasrahan dalam latihan tentang hidup dan tidurmu sehari dan semalam ini saja
Satu detik, satu menit, satu jam, satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun ataukah satu apa adalah milik-Nya semua
Kita tinggal memilih menunggu giliran dengan suka atau duka

Bukit Nuris, 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline