Renungan di Akhir September
Pahlawan revolusi, jasadmu boleh diambil
Inilah takdir, dan kini telah lembut bersama debu
Darahmu telah menjadi semangat untuk senantiasa menjaga negeri
Darahmu telah menjadi ruh yang suci yang bergerak, menghentak di dada kami
Oh Jendral Ahmad Yani, Mayjen R Soeprapto, MT Haryono, Mayjen S.Parman, Brigjen D.I Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswadiarjo, dan Lettu Pierre Andreas Tendean
Dalam tetes air mata doa adalah untuk namamu pahlawan
Kami generasi yang lahir dari darahmu
Kami menikmati kesuburan tanah ini dari perjuanganmu
Engkaulah yang mengajari kami tanpa dendam menghadap Illahirabbi
Darahmu wangi wahai Tuan
Menguar ke langit, menguar di angkasa, meresap dalam bumi Pertiwi
Mewangilah negeriku karenamu
Kuatlah iman-iman bangsaku karenamu
Tuhan, entahlah malam ini aku merenung
Meski takdir yang kau timpakan kepada para jendral kami begitu pedih di mataku
Tapi ada sehamparan bumi mencatat tetes darahnya
Seluas langit doa dipujikan untuknya
Sederet jalan di negeri ada nama mereka
Dan aku yakin inilah saksi kebaikan yang kau perintahkan
Tiba-tiba air mataku mengalir
Entahlah...kerinduan pada sejarah atas keberanian dalam kebenaran menyusup dalam hati
Menembus relung-relung sunyiku
Doa-doa terpuji semoga peristiwa pedih ini tak terulang kembali
Wahai Tuan Pahlawan revolusi
Darahmu boleh menyatu dengan bumi
Tapi saripatinya telah menjadi tubuh ini
Yang terus berjaga
Mananti hari-hari dalam kuasa-Nya
Bukit Nuris, 30 September 2020
~ Riami ~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H