Lihat ke Halaman Asli

Menyikapi Peristiwa di Gereja St. Lidwina Sleman

Diperbarui: 24 Maret 2018   13:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: inspirasikisahkita.blogspot.com

Sangat terkejut, takut, marah menyikapi kejadian 11 Februari 2018 kemarin. Masih segar dalam ingatan terjadi penyerangan terhadap sesuatu yang erat kaitannya dengan agama beberapa waktu lalu, kembali kini hal serupa terjadi  ketika umat katolik sedang menjalani ibadah/perayaan ekaristi di gereja St. Lidwina Sleman.

Pelaku yang sudah diamankan oleh pihak kepolisan diketahui hingga senin 12 Februari 2018 siang ini melakukan aksi terornya seorang diri. Jika menelaah kejadian ini tentu bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng, selain perbuatan yang tidak manusiawi juga sangat bertentangan dengan ideologi bangsa Indonesia.  kita berharap kepolisian dapat segera mengungkap dan menindak yang melatarbelakangi peristiwa ini.

Dan tentu sebagai masyarakat kita perlu turut andil dalam mengembalikan dan mengaplikasikan nilai kehidupan luhur yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia seperti tenggang rasa, toleransi, gotong royong, tepa selira, dan nilai baik lainnya guna melatih kembali cara berkehidupan kita yang mungkin bergeser di era digital ini, tergambar dari sinyal yang memang sudah tampak di Sleman.

Luangkanlah sejenak waktu kepada diri sendiri untuk merenung menggunakan hati nurani, ya!!! hati nurani yang membuat derajat manusia lebih daripada ciptaan Tuhan lainnya,  yang membedakan kita dengan mahluk ciptaanNYA yang lain. Apakah yang harus ditampilkan sebagai orang yang beragama/bertuhan? apakah identitas "dapur"ataukah "masakannya"???  menunjukan kepada orang lain "siapa saya ini"?? atau menunjukan kepada orang lain "saya akan melakukan cinta kasih, kenyamanan, peduli, toleransi,  merangkul, senyum, menyapa, memberi salam dll" ??

Kekayaan dalam bentuk keanekaragaman suku, agama, ras, budaya adalah anugerah dari Tuhan dan hadiah dari pahlawan yang wajib dirawat dan dijaga sebagai jati diri NKRI yang dapat menginspirasi negara manapun dibelahan dunia yang belum tentu dimiliki bangsa lain. Sudah sepatutnya anugerah dan hadiah ini dipelihara hingga kapanpun dengan penuh pemahaman yang baik dan mendasar. Haruslah kita kembali sebagai bangsa Indonesia  menjadi duta pancasila,  memulai melakukan hal kecil dengan cinta yang besar seperti memberi salam, memberi senyum kepada tetangga, semoga kelak berkembang bahkan berbuah serta rasa pancasila tercipta dalam kehidupan di tanah air.

salam toleransi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline