Lihat ke Halaman Asli

Ria Fachria

Menulis, menghargai diri dalam kata

Berilah, Berbahagialah

Diperbarui: 7 Januari 2021   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: unsplash

"Penelitian terbaru kami menunjukkan, ada hal lain yang mampu memberikan kebahagiaan lebih besar, memberikan memberi dan berbagi. Walau dilakukan berulang-ulang, tetap dapat menimbulkan rasa bahagia." (O'Brien - Psikolog) 

Kadangkala ketakutan sering menghantui saat harus memberi. Banyak hal yang kita khawatirkan saat harus memberi. Memberi uang, pasti ia akan menyusut jumlahnya. Memberi barang, kita akan kehilangan benda kesayangan. Memberi makanan, khawatir pula akan diri yang kelaparan akibat kekurangan. Terlalu banyak rasa khawatir, bahkan hal itu juga tidak baik untuk kesehatan kita sebenarnya.

Tak harus punya tumpukan uang merah untuk berbagi. Tak harus punya harta benda yang melimpah harus berbagi. Tak perlu punya makanan yang berlebih untuk berbagi. Semua itu hanya soal rasa. Rasa cukup meliputi hati. Kelak, rasa inilah yang juga menghantarkan seseorang yang senang memberi, sebuah kebahagiaan yang tak pernah usai. 

Bila endorfine dan dophamine meningkat, kenyamanan dalam hidup pun akan kita nikmati. Apalagi jika kita seorang wanita, tentu saja kenyamanan adalah hal paling utama menjalani kehidupan. Akibat meningkatnya kedua hormon itu, stress juga akan berkurang. Dengan demikian kebahagiaan pun dapat kita raih.

Memberi adalah perbuatan termudah dalam meraih kebahagiaan hidup. Kita tidak perlu repot berpikir banyak. Cukup punya empati saja dengan sekeliling. Dan, sebagai seorang makhluk sosial, tentunya pasti tidak sulit.

Karena kita tidak perlu harus selalu memberi dalam jumlah banyak. Cukup berikan saja sesuai kemampuan. Jika tak sanggup berikan uang, berikan saja benda yang kita miliki, jika tak sanggup pula dengan benda, berikan saja makanan. Jika makanan pun tak ada, cukup berikan saja tenaga. Kita masih punya kedua tangan, kaki dan organ tubuh yang lengkap. Jika tidak pula punya tenaga, maka, senyuman pun cukup mengalirkan kebahagiaan bagi orang yang melihat. Bahkan perkataan yang baik saja cukup membuat kita tenang. Berilah sesanggup dan sebisanya. Tak perlu memaksakan diri. Walau kadang pepatah mengatakan, kadangkala berbuat baik itu harus dipaksakan.

Sang Pencipta pun menjanjikan kebahagiaan bagi orang yang senang berbuat baik kepada orang lain. Hal itu berupa kemudahan hidup dan senantiasa mendapat pertolongan Allah. Ini barangkali jawaban mengapa ada orang, yang hanya terbersit saja di hati, keinginannya sudah terkabul. Karena banyak berbuat baik. 

Tauladan manusia sepanjang masa juga pernah menyampaikan dalam sebuah hadist yang berarti, " Allah senantiasa menolong hamba selama ia menolong saudaranya." (HR. Muslim no. 26699)

Dan kebahagiaan yang diraih, tak hanya di dunia.  Bahkan, akhirat pun bersiap menyambutnya dengan suka cita. Karena hati yang tenang, akan melahirkan perilaku-perilaku terpuji yang tentunya akan berakhir pada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline