Lihat ke Halaman Asli

Naik Kereta Pun Penuh Suka Duka

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di Indonesia bukan hal yang aneh jika ada orang yang mengumpat betapa buruknya keadaan angkutan umum. Baik dari sisi kebersihan, kelayakan kendaraan,  atau cara mengemudi si tuan kendaraan. Bukan pula hal yang unik jika ada orang yang bertingkah semena-mena ketika hendak menumpang kendaraan umum tersebut – berebutan atau sikut kanan kiri. Bahkan Anda tidak perlu heran jika sewaktu-waktu barang yang Anda bawa sudah tidak lagi menjadi milik Anda... Well, maaf sekali, karena paragraf pertama tadi terlalu frontal mengungkap kebobrokan angkutan umum di Indonesia, saya tekankan berdasarkan pengalaman pribadi, khususnya di Ibu Kota dan sekitarnya. Agar suasana lebih santai, saya harus kemukakan bahwa di dunia ini tidak ada yang terlalu buruk atau bahkan sangat sempurna (kecuali Nabi Muhammad SAW – dalam kepercayaan saya). Di judul tulisan ini hanya Kereta, angkutan umum, yang saya cantumkan. Ya, karena hanya Kereta yang akan saya bahas. Meskipun angkutan umum lain tidak kalah membuat hidup teman-teman mengalami suka duka. Semenjak awal Maret hingga minggu terakhir di bulan April ini, saya sangat akrab dengan Kereta, akibat pekerjaan yang harus saya lakukan di Bogor. Minggu pertama dan kedua bekerja di Bogor, dalam sehari saya dua kali naik Kereta, hingga akhirnya saya menyewa kamar kost di Bogor yang membuat intensitas saya naik kereta jadi berkurang. Ini lah yang membuat saya mengalami suka duka naik Kereta. Saya Memilih Kereta Daripada Mini Bus Bertanya pada teman, bertanya pada si mbah Google, maka rute yang akan mereka sarankan untuk menempuh jarak Tangerang - Bogor adalah melalui jalan Serpong dan Parung. Kata si mbah sih, jaraknya hampir mencapai 69 KM (Tepatnya dari Sepatan Residence I – Jalan Merdeka, Bogor). But, you know what? Jalan raya di rute tersebut cukup tidak terawat di beberapa titik, alias banyak jalan rusak dan beberapa mobil container cukup mudah dijumpai di sana. Alhasil, debu pun cukup akan menyiksa di sepanjang perjalanan.Dan jika Anda sering naik Mini Bus Tangerang-Parung-Bogor itu, Anda pasti pernah merasakan bagaimana sumpeknya udara di dalam Mini Bus saat penumpang penuh. Adrenalin Anda pun pasti pernah teruji karena supir Mini Bus yang Anda tumpangi melajukan kendaraannya dengan sangat cepat walaupun jalanan rusak atau saat berusaha menyalip container. Fiuh.. Sebenarnya, kereta pun bukan pilihan terbaik. Pasalnya, untuk menuju stasiun Bogor dari stasiun Tangerang, Anda harus 2 kali naik Kereta, kerennya disebut transit. Beruntung lah ketika transit di stasiun Duri, Kereta yang menuju stasiun Bogor cepat Anda dapatkan, namun terima nasib lah ketika Kereta tersebut harus Anda tunggu dalam setengah sampai satu jam bahkan lebih. Atau Anda juga bisa naik Kereta tujuan apapun, lalu turun di stasiun Manggarai dan berharap Kereta tujuan Bogor yang berangkat dari stasiun Kota lebih cepat menghampiri Anda. :-P Suka Citanya Naik Kereta Saya bingung sebenarnya apa yang harus saya ceritakan di bagian ini. Padahal sangat lancar jaya saya mengungkapkan dukanya naik Kereta. :D Tapi, okay.. Sebenarnya naik Kereta itu menyenangkan, walaupun banyak tapinya. Karena idealnya, untuk menuju tempat yang cukup jauh, kita dapat sampai dalam waktu yang relatif lebih cepat dan kita tidak perlu menghadapi kemacetan di jalan raya atau membayar sangat mahal jika menggunakan pesawat. Nah.. jika Anda menggunakan kereta ekonomi, maka Anda tidak perlu takut kelaparan dalam perjalanan, karena ada banyak penjual makanan mondar-mandir di kereta melewati & menawarkan Anda dagangannya. Bahkan, Anda bisa shopping kebutuhan lain di kereta, hehehehe.. Dari sudut positif lain, Anda akan menjumpai berbagai macam orang dengan segala karakternya. Bisa jadi dia adalah seorang pedagang minuman paruh baya yang sangat unik menyebutkan isi dagangannya, pedagang buah muda yang suka melepas kotak dagangan beroda-nya setelah ia dorong cukup kuat lalu membiarkannya berhenti sendiri, bermacam-macam penadah amal dengan segala kondisi dan caranya menarik perhatian, atau bahkan sales asuransi yang mengajak Anda bergabung, dan seorang cowok designer baju pesta yang menjadi perhatian para penumpang sekitar namun Anda malah jadi mengobrol dengannya karena suatu hal terjadi di kereta. Ya, jika Anda orang yang senang bergaul, senang bertemu orang baru, seorang sosialis, seorang penulis, dan lain-lainnya, mungkin Anda akan menyukai kereta, khususnya kereta ekonomi. Hmm.. Inilah Dukanya Beberapa pengalaman buruk mewarnai gelap perjalanan saya naik kereta. Hal ini menurut saya, merupakan konsekuensi dari masih kurangnya sistem kemanan di dalam kereta, khususnya kereta ekonomi, juga merupakan akibat masih kurangnya nilai-nilai moralitas atau pendidikan di beberapa kalangan di Indonesia. Anda pernah tahu berita mengenai orang iseng yang melempar batu ke kereta? Saya baru saja merasakannya sendiri, tepatnya jumat malam tanggal 20 April 2012 lalu, ketika saya hendak pulang ke Tangerang. Sebenarnya ini bukan yang pertama bagi saya, tapi malam itu ada lemparan terhebat. Ketika kereta baru berangkat dari stasiun Cilebut, duar..., ada sesuatu yang mengenai badan kereta, seketika saya dan penumpang lain pun saling memandang, arti bahasa non verbal ini adalah kami saling bertanya-tanya, apa itu? Karena saya pribadi tahu bahwa itu hanya bunyi lemparan batu, saya pun tidak panik. Tapi, ddduuaaaaaarrrrrrrrr............., suara itu kembali terdengar lagi, begitu dekat, seperti bom lho, dan seketika itu saya dan penumpang lain sangat panik. Ya, sebuah batu kali seukuran kepalan tangan saya semerta-merta masuk ke dalam gerbong kereta, tepatnya melalui kaca jendela sebelah tempat saya duduk. Saya langsung mengucap istighfar lalu hamdalah karena tidak ada yang terluka akibat insiden mengesalkan itu, karena batu masuk tepat di jendela yang tidak ada orang di depannya, hanya saya dan penumpang lain yang cukup dekat dan terkena sedikit pecahan kaca. Alhamdulillah. Itu kejadian ekstrim kedua yang saya rasakan di kereta. Seketika penumpang lain segera menurunkan penutup jendela (bahasa kerennya gordyn kali ya), berharap itu dapat meminimalisir akibat dari pelemparan batu yang dilakukan oleh orang iseng tersebut. Karena, Anda pasti dapat membayangkan, betapa kuatnya lemparan batu itu hingga dapat menembus kaca kereta yang dilapisi plastik gelap dan sedang berjalan cepat tersebut. Mungkin jika tidak ada lapisan plastik, satu potong kaca itu sudah pecah berantakan, karena saya lihat kaca itu sudah retak-retak kecil di seluruh bagian. Kejadian ekstrim sebelumnya adalah penjambretan. Yang membuat saya shock adalah saya berada di antara penjambret dan korbannya. Ya Alhamdulillah saya tidak apa-apa. Waktu itu – saya lupa waktu tepatnya – saya duduk di bagian bangku paling pinggir dekat pintu, kereta ekonomi , berharap tidak kepanasan di dalam kereta tidak ber-AC atau kipas angin itu. Waktu itu saya sedang dalam perjalanan ke Bogor, dan ketika baru berangkat dari stasiun Depok Baru, seketika seorang laki-laki yang baru naik dan berdiri di pintu kereta sebelah kanan saya menjambret kalung penumpang yang berada di sebelah kiri saya, kemudian dia loncat turun dan kereta pun berlalu. Saya bisa apa? Saya hanya kaget dan teriak “copet” dengan suara yang sangat kecil karena melihat penjambret itu sudah turun dari kereta, ya saya langsung sadar tidak ada yang dapat dilakukan lagi selain ikhlas, khususnya ikhlas bagi si korban. Itu lah kesempatan bagi si penjambret, orang-orang tidak akan menghakiminya karena kereta tidak mungkin berhenti. Dan ini adalah pelajaran bagi kita semua, jangan lah menampakkan perhiasan di tempat-tempat yang tidak tepat. Untungnya, kalung tersebut ternyata bukan emas :D namun si korban bilang pada saya kalung itu hadiah dari teman, jadi tetap sangat sayang sekali. Tapi saya jadi agak gemas dengar cerita si korban, katanya sebelumnya juga dia sudah pernah dijambret di kereta, tapi kenapa tidak belajar dari pengalaman. Ya, kemudian saya hanya dapat mengingatkannya dan berdo’a agar saya tidak mengalami hal serupa. Ya, itu lah dua cerita duka ekstrim saya naik kereta, ada banyak cerita duka lain sih, tapi ini sudah sangat panjang sekali, hehehe. Semoga dapat berguna bagi teman-teman yang akan naik kereta agar lebih waspada. Dan tulisan saya selanjutnya Insya Allah akan membahas cara berhati-hati naik kereta. Keep reading ya teman.. Salam semangat slalu... :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline