Dukungan terhadap proses menyusui selain bentuk simpati, juga merupakan keberhasilan proses framing persoalan gender. Bagaimana tidak, awalnya menyusui dianggap sebagai kegiatan domestik dan privat, kini beralih menjadi sebuah aktivitas kolektif. Bahwa, keberhasilan menyusui tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu seorang, namun juga bukti nyata dukungan lingkungan sekitarnya.
Menyusui secara fisik merupakan tugas personal seorang Ibu, namun lingkungan memiliki peran cukup penting memberikan dorongan dan bantuan secara langsung. Lingkungan itu berasal dari rumah, lingkungan kerja dan komunitas sekitar sang Ibu.
Bahkan juga pemerintah. Kebijakan formal pemerintah sebagiannya juga sudah mulai menempatkan perhatian khusus terhadap Ibu menyusui (Busui). Fasilitas umum , tempat kerja juga diinstruksikan menyediakan ruang laktasi. Saat menjadi Busui beberapa tahun lalu, ketersediaan laktasi menjadi kriteria tersendiri bagi Saya untuk menilai kualitas sebuah layanan fasilitas umum.
Sebagai bagian dari publik sekaligus Busui, merasakan betul bagaimana keberpihakan pemerintah terhadap Busui. Tentu manfaat itu terasa saat Sang Busui sedang berada di ruang publik. Instruksi dan perizinan cuti bagi Busui tentunya sangat bermanfaat terutama bagi Busui yang bekerja. Di level internasional sekalipun, aktivitas menyusui mendapatkan perhatian khusus dengan pengumuman pekan menyusui internasional oleh WHO dan UNICEF.
Selain faktor dukungan, kesadaran ASI eksklusif sepertinya juga sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Sosial media memberikan sejuta cerita bagaimana potret juang dan bahagia netizen saat melakukan proses mengASIhi. Sejuta cerita itu menegasikan bahkan menyusui bukan lagi aktivitas yang menghambat.
Dari Mereka, kita bisa belajar bahwa menyusui dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Saat berada dekat dengan bayi dan tidak ada faktor penghalang lainnya proses menyusui dapat dilakukan secara langsung.
Saat tidak berada dekat dengan bayi atau ada kendala lainnya, proses menyusui dapat dilakukan secara tidak langsung lewat bantuan alat. Tidak hanya botol dot, alat menyusui juga cukup bervariasi.
Telah banyak dipasarkan sendok khusus feeding. Gelas kecil khusus menyusui, bahkan menyusui dengan sistem transfusi melalui selang khusus atau biasa disebut supplemental nursing system (SNS).
SNS ini biasanya digunakan untuk kebutuhan khusus misal, pertama bayi lahir dengan diagnosa berat badan lahir rendah (BLBR) sedangkan ASI Ibu belum lancar atau kendala lainnya.
Pemberian asupan tambahan bagi bayi BLBR dapat berasal dari susu formula sesuai ketentuan maupun donor ASI. Kedua, SNS memungkinkan bagi orang tua angkat menyusui secara langsung sang bayi adopsi. Kesimpulannya bahwa saat ini menyusui tidak mutlah hanya bisa dilakukan oleh sang Ibu yang memiliki produksi ASI semata. SNS dapat menjadi pilihan alternatif sekaligus bentuk komitmen pemberian ASI esklusif kepada Bayi.
Selain alat menyuapi, ada pula alat yang khusus diciptakan untuk memudahkan Ibu dalam proses menyusui. Salah satunya adalah Apron. Apron cukup memebantu seorang ibu saat menyusui maupun memompa ASI saat berada di ruang terbuka. Apron juga dicipta dalam berbagai bentuk dan jenis. Selain fungsi Apron sebagai penutup, Apron juga dapat menunjang penampilan Sang Ibu tetap. Rasanya sudah terlalu banyak kemudahan yang tersedia untuk menunjang pemberian ASI.