Lihat ke Halaman Asli

Alternatif Program Infotainment

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tayangan infotainment di televisi kita sudah seperti layaknya orang minum obat, tiga kali sehari. Ada yang ditayangkan di pagi hari, siang, dan sore. Muatan acaranya sebagian besar seragam. Berisi tentang gosip para artis yang kebanyakan cenderung ke arah informasi negatif, seperti perceraian, perselingkuhan, perseteruan. Hal-hal yang saya rasa tidak cukup penting untuk dikonsumsi menjadi sebuah tontonan.

Ketika ada artis yang tersandung kasus hukum, atau terkena musibah dan kematian, mereka cenderung memberitakannya secara besar-besaran. Tak tanggung-tanggung, beberapa stasiun televisi menambahkan predikat ‘investigasi’ untuk memberi kesan serius terhadap informasi yang akan ditayangkan.

Tontonan macam ini tumbuh subur di beberapa stasiun televisi swasta Indonesia, salah satunya bertujuan untuk mendongkrak rating. Pemakaian kata infotainment pun disinyalir lahir dari istilah perkawinan silang antara information dan entertainment. Lantas, yang perlu dipertanyakan disini adalah, apa iya berita tentang artis yang maaf, rata-rata kurang bermutu itu patut disebut informasi? Tidak cukupkah disebut sebagai entertainment atau tayangan hiburan saja?

Saya kira, tayangan hiburan seperti infotainment itu memang perlu. Bahwa sejatinya masyarakat memang butuh tontonan yang bersifat menghibur. Tapi kalau tayangan sejenis itu sudah sedemikian banyak bertebaran di mana-mana, mengapa tidak terpikir oleh pengelola televisi untuk membuat terobosan baru?

Salah satu ide yang terpikir oleh saya, mengapa tim kreatif tidak mencoba menghadirkan informasi tentang bagaimana acara infotainment itu diproduksi. Pemirsa bisa disuguhi bagaimana peran serta kru seperti kameraman, lighting, produser, dan kru lainnya bekerjasama merancang acara yang akan tayang di televisi itu.

Bisa juga memuat proses pengambilan produksi film dan sinetron beserta seluk beluknya. Masyarakat diajak peduli dan tahu mengenai pembuatan program acara. Selain itu, sah saja ketika program infotainment menayangkan prosesi pernikahan para artis. Tetapi lebih bijak persoalan budget yang dikeluarkan artis untuk menggelar prosesi pernikahannya tidak diumbar menjadi sebuah informasi. Tidak perlu pula ada sesi khusus yang memperlihatkan isi tas dan mobil si artis selama break syuting. Kesannya kok jadi seperti ajang pamer ya? Menayangkan segudang prestasi artis sepertinya lebih menyenangkan jika dikemas menjadi sebuah tayangan dibanding menayangkan masalah artis yang berhasil menurunkan berat badannya.

Tayangan seperti itulah yang bersifat edukatif dan memberikan wawasan baru. Menurut saya itu lebih berguna dibanding sekedar gosip yang belum jelas ujungnya. Tayangan infotainment sedikit lebih naik derajatnya dengan perubahan konten ini. Ketimbang menyajikan tayangan yang sudah tentu ditayangkan saluran televisi lain. Lebih terkesan sebagai tayangan yang eksklusif bukan?

Masyarakat kita saat ini bukan lagi masyarakat yang pasif. Sebagai pemirsa yang aktif, masyarakat juga berhak menuntut tayangan yang lebih bermutu. KPI seharusnya memiliki wewenang pula supaya media jangan membiarkan tayangan yang tidak layak disiarkan. Parameter kelayakan suatu program bisa ditayangkan atau tidak juga harus jelas supaya tidak menimbulkan kesimpangsiuran.

Alangkah indahnya membayangkan tayangan televisi yang bergizi untuk kesehatan mata dan mental bangsa ini. Saya pikir, sebagian masyarakat sudah bosan melihat tayangan infotainment yang isinya artis jor-joran kekayaan, pamer kepemilikan pribadi dan penghasilan. Biarlah kehidupan para artis itu tenang seperti kehidupan masyarakat awam tanpa harus merasa terganggu dengan publikasi persoalan pribadinya yang menjadi konsumsi publik. Biarlah itu menjadi urusan dapur mereka dan menjadi ranah privat yang seharusnya dijaga. Saya memiliki angan alternatif program infotainment ini terwujud secara nyata, dan masyarakat tidak lagi terkungkung dalam pembodohan media dan menjadi dangkal pemikirannya. Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline