Kereta Api Indonesia (KAI) menjadi salah satu moda transportasi pilihan yang favorit untuk mudik lebaran ke kampung halaman. Selain jam keberangkatan dan waktu tempuh yang tepat, kecepatan dan kenyamanan tentunya menjadi pertimbangan mengapa moda ini dipilih. Banyaknya pilihan kereta, jam keberangkatan, kelas gerbong dan harganya, memungkinkan para pemudik memilih sesuai keinginan, keperluan dan dana yang tersedia.
Hari Raya Idul Fitri atau lebaran (tanggal 1 Syawal), makin menjelang. Satu minggu sebelum mudik lebaran merupakan minggu yang krusial. Berbagai persiapan diupayakan agar saat mudik esok bisa maksimal. Baik itu fisik, administrasi, finansial, keberangkatan & kepulangan, agenda selama berada di lokasi tujuan, dan sebagainya. Aneka barang bawaan keperluan pribadi serta oleh-oleh untuk keluarga dan kerabat di kampung, tentunya tak ketinggalan disiapkan.
Sementara pada satu minggu sebelum libur dan mudik lebaran tersebut, banyak hal yang masih penting perlu dikejar atau diselesaikan. Misal: tugas pekerjaan, tahapan proyek yang harus diselesaikan, dokumen administrasi dan berbagai pembayaran, baik itu yang bersifat rutin atau dalam rangka jelang hari raya.
Berikut hal-hal yang bagi saya penting dan perlu disiapkan bila akan melakukan perjalanan mudik menggunakan moda transportasi Kereta Api Indonesia:
1. Tiket
Pemesanan tiket kereta api bisa dilakukan sejak H-45 sebelum tanggal keberangkatan. Banyaknya peminat menjadikan tiket langsung ludes hanya dalam hitungan menit setelah diluncurkan. Saat awal tiket dibuka, saya tidak berhasil mendapatkannya, bahkan tidak berhasil mengakses portal maupun aplikasi KAI Access. Saya mendapatkan tiket dari kereta tambahan yang diluncurkan oleh KAI sekitar dua atau tiga minggu setelahnya. Alhamdulillah.
Pada minggu ini, saya memastikan kembali tanggal keberangkatan, tanggal pulang, waktu dan nama kereta (termasuk nomor gerbong dan tempat duduk), serta nama stasiun yang tertera pada tiket yang telah dimiliki.
2. Kartu Tanda Penduduk (KTP)
Beberapa aktivitas penting yang dilakukan dalam periode seminggu sebelum hari mudik, mungkin memerlukan KTP asli sebagai dokumen verifikasi. Misal pada beberapa transaksi dengan lembaga perbankan. Transaksi di kantor samsat, entah itu pengurusan balik nama kendaraan, atau perpajakan kendaraan. Baik diurus sendiri atau diwakilkan oleh utusan, KTP asli sebagai dokumen verifikasi diperlukan.
Memastikan KTP berada di dompet, sebelum dan setelah transaksi atau keperluan yang mengharuskan KTP ditunjukkan sebagai dokumen asli. Karena pada hari mudik, KTP bisa diperlukan pada saat boarding di stasiun. Ditunjukkan bersama dengan lembar cetakan tiket atau tiket elektronik, kepada petugas.
Boarding adalah proses memberikan izin kepada calon penumpang untuk naik kereta api dengan jadwal tertentu. Sebelumnya, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan kesesuaian data antara jadwal keberangkatan, tiket dan identitas.
Apakah KTP selalu dikeluarkan dari dompet saat proses boarding? Tidak juga. Mengapa?
Fasilitas Face Recognition (pengenalan/deteksi wajah)
Saat ini telah tersedia fasilitas face recognition pada boarding gate pemeriksaan tiket di beberapa stasiun kereta api. Yang mana pemudik tidak perlu menunjukkan dokumen fisik berupa KTP, boarding pass tiket atau dokumen lain. Hanya perlu mendekatkan wajah ke alat detektor yang bentuknya sebesar perangkat tablet. Alat akan memindai dan melakukan verifikasi berdasarkan data yang telah tersimpan. Layanan yang disediakan oleh KAI ini bertujuan mempermudah dan mempercepat proses boarding. Waw, keren ya!
Dari artikel pada detiknews, "Face Recognition KAI ada di stasiun mana saja?", diinformasikan bahwa layanan face recognition ini telah tersedia di 11 stasiun, yaitu: Gambir, Cirebon, Bandung, Semarang Tawang, Purwokerto, Yogyakarta, Solo Balapan, Surabaya Gubeng, Surabaya Pasar Turi, Madiun dan Malang.
Bila ingin menikmati layanan face recognition ini, perlu melakukan pendaftaran dahulu sebanyak 1x saja. Menyiapkan KTP asli dan swafoto. Bisa online melalui aplikasi KAI Access atau mendatangi petugas informasi di stasiun penyedia layanan tersebut.
3. Cek tas atau koper
Bila membawa tas atau koper, pastikan semua fungsinya baik. Roda lancar, resleting, gesper dan penguncian rapat dan aman. Supaya memudahkan dan tidak menyulitkan saat perjalanan. Bila membawa kardus, siapkan tali untuk mengikatnya sehingga memudahkan saat dibawa.
4. Barang bawaan secukupnya
Mudik menggunakan transportasi publik ini artinya tidak hanya sendiri. Banyak penumpang lain yang secara bersamaan juga menggunakannya. Di sini kesadaran untuk berbagi ruang dengan penumpang lain, diperlukan.
Rak atau bagasi tempat meletakkan barang bawaan disediakan namun terbatas. Sehingga perlu berbagi. Bila tiket yang dipilih adalah gerbong ekonomi di mana lebih banyak penumpang pada satu gerbongnya, maka sebenarnya jatah ruang bagi tiap penumpang untuk meletakkan barang menjadi lebih sempit.
Para pemudik, termasuk saya, tentunya membawa barang. Entah itu keperluan pribadi maupun oleh-oleh bagi keluarga di kampung halaman. Dengan barang yang bisa dibawa sendiri (tidak berlebihan) maka selain tidak memenuhi ruang rak juga memberikan kesempatan penumpang lain menggunakan haknya meletakkan barang. Selain itu, akan memudahkan penumpang itu sendiri pada saat naik dan turun gerbong kereta api.
Karena kereta memiliki waktu yang terbatas untuk berhenti transit di stasiun tujuan sebelum kemudian harus melaju lagi menuju stasiun tujuan berikutnya. Waktu untuk transit sekitar 2 menit hingga 15 menit, tergantung jadwal masing-masing kereta.
KAI sendiri telah menetapkan aturan untuk barang bawaan yang dibolehkan masuk ke kabin kereta api tanpa dikenakan bea. Informasi dari Manajer Humas Daop 6 Yogyakarta, bp Franoto Wibowo pada artikel rejogja.republika.co.id "Penumpang Perlu Perhatikan Aturan Barang Bawaan di KA": Berat max.20 kg bagi tiap penumpang, volume max. 10 dm3, dimensi max.70 x 48 x 30 cm. Sebanyak-banyaknya terdiri dari empat koli (item bagasi).
Aturan diciptakan demi kenyamanan dan keamanan perjalanan semua penumpang. Hal yang juga penting diantaranya: meletakkan barang di rak/bagasi di atas tempat duduk sesuai nomor, berada pada satu tempat, terjangkau pandangan mata pemilik. Serta tidak meninggalkan barang berharga di tempat duduk.
Oya, bila barang bawaan terasa berat atau agak merepotkan, bisa minta tolong dibawakan oleh porter. Keberadaan mereka sangat terlihat. Mudah ditemui di area lobi, selasar atau peron stasiun. Biasanya memakai kaos seragam atau kemeja seragam. Jangan lupa memberikan tip atas jasa bantunya ya, sembari berbagi rezeki.
5. Uang tunai
Sistem atau teknologi sudah sedemikian canggih. Hanya perlu beberapa detik sentah sentuh layar ponsel untuk melakukan transaksi. Namun berjaga dengan tetap membawa uang tunai secukupnya, masih tetap diperlukan. Untuk beberapa hal yang mungkin diperlukan. Misal: membayar jasa parkir tanpa mesin, membeli minum di kios kecil, memberi tip jasa porter yang membantu membawakan barang, membayar jasa ojek offline, membeli koran/majalah.
6. Hadir di stasiun lega waktu sebelum menit keberangkatan
Hal ini sangat penting. Sehingga tidak terjadi terburu-buru, panik, barang ketinggalan, ketinggalan kereta dan lainnya.
7. Lobi ramai. Tentukan titik ordinat temu yang spesifik
Bila berjanji untuk bertemu dengan rekan, kerabat atau keluarga, tentukan titik ordinat temu yang jelas dan spesifik. Misal: di stasiun X di depan gate 2, atau di meja pusat informasi lantai 1. Contoh lokasi lain: di stand penjual majalah sisi kiri pintu selatan, di cafe X yang catnya berwarna hijau menyala di sisi kanan pintu masuk, atau di depan mushola. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dan mempercepat bertemu dengan orang yang dimaksud.
Karena seluruh bagian lobi atau selasar stasiun tentunya ramai oleh calon penumpang (pemudik) dan pengantar sehingga mungkin menyulitkan utk melakukan pencarian bila titik temu tidak spesifik.
8. Isi daya perangkat ponsel di lobi
Di lobi stasiun tersedia tempat pengisian daya perangkat. Bila kebetulan kehabisan daya dan tidak membawa power bank, bisa memanfaatkan fasilitas ini. Tetap hati-hati dan waspada! Walau banyak petugas berjaga di area publik, keselamatan dan keamanan barang (juga diri) tetap menjadi tanggung jawab masing-masing pemudik.
9. Petugas resmi berjaga di hampir setiap titik di stasiun
Bila memerlukan informasi atau bantuan dari petugas, jangan sungkan untuk bertanya atau meminta bantuannya. Pada momen arus mudik, akan lebih banyak petugas dikerahkan untuk berjaga di lokasi stasiun. Tersebar di banyak titik, tugasnya tidak hanya memantau tapi juga membantu para pemudik (calon penumpang). Segala informasi perihal tiket dan keberangkatan, lokasi tunggu, hingga naik ke gerbong yang dipesan oleh pemudik sesuai tiket yang dimilikinya.
10. Menikmati perjalanan
Memanfaatkan dan menikmati momentum perjalanan di bulan suci ramadan. Di sepertiga akhir ramadan yang istimewa. Fase penanda kekuatan iman orang yang berpuasa, yang berlari makin kencang (dalam beribadah). Juga fase di mana ada malam lailatul qadar. Berupaya menghidupkan waktu di sepanjang perjalanan.
Berupaya menghidupkan waktu di sepanjang perjalanan. Melakukan aktivitas penuh kebaikan yang diniatkan karena Allah. Sembari duduk bisa memperbanyak doa, membaca, mendengarkan kajian, menulis atau hal baik lainnya. Mensyukuri nikmat raga dan jiwa yang sehat. Mensyukuri nikmat bisa mudik dan bertemu dengan keluarga serta kerabat di kampung halaman.
Selamat melakukan persiapan bagi yang akan mudik lebaran. Semoga perjalanannya aman, lancar, mudah, sehat dan selamat sampai tujuan.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H