Lihat ke Halaman Asli

A Sense of Tolerance to Unity Part II

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat kecil aku tidak mengerti mengapa aku harus bersusah payah basa - basi kepada sekitar ku, hanya untuk tersenyum kepada mereka atau mungkin bertanya " mau kemana", " dari mana " menurutku hal itu hanyalah basa basi yang tidak memiliki arti. suatu ketika ada seseorang yang meninggal dunia di tempat tinggalku, ayahku bertanya " siapa yang meninggal nak? ayah tidak mendengar nama jelasnya tadi ?" " aku tidak tahu yah, tidak kuperhatikan " jawabku. dan ayah berkata lembut kepadaku, bahwa kita makhluk sosial diciptakan hidup berdampingan, untuk saling mengenal dan saling memberi respect, kembali kukatakan kepadanya " untuk apa yah, ?" dan dia menjawab lagi, " karna kau tidak dapat hidup sendirian di dunia ini nak, jika saat ini kau tidak perduli mana tetanggamu yang baru saja telah tiada, mana tetanggamu yang baru saja menghadirkan jiwa baru di dunia ini, bagaimana kau dapat berharap mereka perduli kepadamu kelak saat kau berada di posisi mereka? cobalah mulai lihat sekitarmu, dunia tempat kau mulai belajar apa itu arti keperdulian sesama dan percayalah nak itu bukanlah hal yang sia - sia. Menginjak dewasa aku lebih banyak melihat begitu banyak perbedaan yang Tuhan hadirkan ke dunia ini, begitupun begitu banyak pembelajaran yang harus aku pelajari dalam menerima perbedaan. menerima mengapa aku memiliki kulit berwarna putih dan harus berkawan dengan seorang yang kulit hitam, menerima mengapa aku yang beragama muslim harus berdampingan bahkan bertukar pikiran dengan mereka yang beragama Non Muslim, bagaimana aku mencoba memberi diriku sedikit pengertian akan perbedaan pendapat dan cara pandang ku kepada kehidupan sosial muda kala ini, dengan kawanku. Mencoba mengenal Perbedaan Kultur budaya yang tersedia begitu banyak di negara indonesia ini, dan tidak pernah menyurutkan semangatku untuk tetap membentangkan  jaringan sosialku. mengenal begitu banyak bahasa yang tersedia namun dinaungi oleh satu, bahasa Indonesia. Perbedaan dan persatuan, aku sendiri tidak berani terlalu tinggi membahas soal ini untuk segi bangsa dan negara, melihat perkembangan negara yang seperti ini. yg sangat rapuh hingga mudah sekali dipecah, hanya saja sedikit aku berkhayal, tidak apa -apa jika mereka yang berada diatas sana terus melakukan kejahatan dengan merampas hak-hak rakyat. mereka yang berteriak seolah perduli  rakyat kecil, mereka yang dengan Drama nya sedikit demi sedikit membelah rasa toleransi itu, asalkan kita, kau dan aku tetap seperti ini berusaha menjaga persatuan . kau dan aku yang berada di tempat sama, yang mereka bilang 'bawah' namun kesatuan kita kokoh layaknya Beton. rasa sosial kita yang mampu membuat negara lain Salut. keramah - tamahan orang indonesia yang sering dibicarakan orang - orang bule yang berada di jogya, kehalusan tutur kata dan tingkah laku. biarkanlah mereka dengan dunia mereka, kau dan aku mencoba tetap mempertahankan kesatuan ini tanpa harus bersikap munafik. Demi Kedamaian yang diimpikan semua orang, Bahkan oleh mereka yang secara tidak langsung merampas hak orang kecil. kita tertawa, kala kau jingga dan aku merah kita tersenyum, kala aku bersujud dan kau mengatupkan kedua tanganmu kita Berlari , kala aku dengan jilbabku, kau dengan rambutmu Kita menari, kala aku dengan Tor - Tor ku dan kau dengan Jaipong mu Tuhan memberi warna di bumi ini, kau dan aku menikmatinya Tidak menjadikannya alasan untuk bercerai

^_^ Luv you all, with all my respect

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline