Lihat ke Halaman Asli

Jalani Hari dari Kembangan sampai Kalideres

Diperbarui: 23 November 2024   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pukul dua belas siang. Aku berharap hari ini berjalan lancar tanpa ada hal yang menjengkelkan. Seperti biasa, aku mencari penumpang dari Kembangan hingga Kalideres. Meski sudah berangkat sejak pagi, penumpang sering kali tidak menentu. Kadang hanya dapat tiga orang dalam sehari. Apalagi saat siang, jalanan mulai padat.

Uang yang kudapatkan sejauh ini belum seberapa, sedangkan bensin terus terpakai. Mau mangkal, tapi rezekinya juga tidak pasti.

Tadi pagi, sekitar jam masuk kantor, motorku sempat mogok. Setelah berkeliling-keliling, untungnya penumpang terus ada. Dari jam enam hingga jam sepuluh pagi, aku mengantar satu, dua, bahkan tiga orang. Penumpang pertama adalah seorang ibu bersama anaknya. Ia minta diantar ke Pasar Bojong Raya, tarifnya Rp25.000. Penumpang kedua adalah seorang wanita muda yang meminta diantar ke Kelurahan Kembangan Selatan dengan tarif Rp35.000. Lumayanlah, walau belum dihitung dengan biaya bensin.

Nanti jam tiga sore adalah waktu pulang kantor. Biasanya, di jam itu orderan mulai ramai, terutama dari Meruya. Banyak wanita kantor yang pulang, jadi aku harus bersiap untuk memberikan pelayanan terbaik. Senyuman dan keramahan harus kutunjukkan supaya dapat bintang lima.

Sekarang masih pukul setengah satu siang. Pendapatan hari ini belum cukup untuk membeli bensin, apalagi untuk makan siang.

Tinggal tiga puluh menit menuju pukul satu. Biasanya, di sekitar jam ini aku akan mendapatkan orderan dari seorang wanita cantik dan ramah. Beberapa kali aku mendapatkan pesanan darinya, dan setiap kali bertemu, hatiku terasa lebih ringan. Awalnya kupikir hanya kebetulan, tapi setelah beberapa kali aku merasa seperti ditakdirkan untuk bertemu dengannya.

Dia sering memesan ojek dari sekitar Puri Indah. Karena itu, aku selalu mengatur waktu agar berada di sana sekitar pukul satu.

Lima belas menit lagi menuju pukul satu. Sebelum bertemu dengannya, aku memikirkan banyak hal. Aku memang hanya seorang tukang ojek, tapi siapa tahu takdirku? Jika Tuhan menginginkan kami bersama, tak ada yang bisa menghalangi, bukan? Aku sangat senang dengan suaranya yang lembut dan senyumnya yang tipis. Dia selalu berhasil membuat hariku lebih cerah.

Sudah hampir pukul satu. Aku berharap dia belum memesan ojek lain. Aku ingin mencoba berkenalan dengannya. Tapi, bagaimana jika dia kesal? Masa iya hanya karena berkenalan dia akan marah? Dia tidak terlihat tinggi hati, jadi mungkin dia mau ngobrol denganku.

Pukul 12:55. Lima menit lagi sebelum kemungkinan besar aku bertemu dengannya lagi. Namun, tiba-tiba ada seorang pria menyetop motorku.

"Bang, Daan Mogot bisa, nggak?" katanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline