Lihat ke Halaman Asli

Rahmat Hidayat

Sedang belajar menulis dan membuat konten yang bermanfaat

Mengupas Epiknya Film Buya HAMKA : Dari Sejarah Hingga Manisnya Cinta

Diperbarui: 29 Februari 2024   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : Kapanlagi.com

Dunia perfilman Tanah Air kembali diramaikan dengan kehadiran sebuah karya megah, "Buya Hamka Volume I". Film ini mengisahkan perjalanan hidup Buya Hamka, tokoh agama dan sastra ternama, dari masa penjajahan hingga awal kemerdekaan Indonesia. Tanpa basa-basi, saya harus mengatakan bahwa film ini sungguh mengagumkan!

Bagi saya pribadi, ekspektasi terhadap film ini memang tinggi, mengingat baru-baru ini saya menyelesaikan membaca novel yang menjadi sumber inspirasi, karya Ahmad Fuadi yang berjudul Buya Hamka. Fajar Bustomi, sutradara berbakat, berhasil membawakan kisah ini dengan apik.

Pertama-tama, mari kenali pemeran utama. Vino G Bastian, dalam perannya sebagai Buya Hamka, berhasil menunjukkan kedalaman karakter dengan begitu natural. Laudya Cintya Bella, sebagai Siti Raham, istri Buya Hamka, menghadirkan kehadiran yang anggun dan bijaksana. Sementara itu, kehadiran sejumlah aktor dan aktris senior, seperti Anjasmara, Donny Damara, Desy Ratnasari, dan Ferry Salim, semakin melengkapi kekuatan film ini.

Volume I film ini membuka jendela kehidupan Buya Hamka, mulai dari tanggung jawabnya sebagai pengurus Muhammadiyah di Makassar hingga kepindahannya ke Medan untuk memimpin Percetakan Koran "Pedoman Masjarakat". Kisahnya terus mengalir mengikuti jejak perjalanan sejarah, dari penjajahan Belanda hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Film tidak hanya memaparkan perjuangan Buya Hamka melalui dakwah di masjid atau surau, tetapi juga melalui karya-karyanya, seperti roman "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk" dan "Di bawah Lindungan Ka'bah". Ini memberikan pesan bahwa dakwah bisa dilakukan melalui berbagai bentuk, termasuk seni dan tulisan.

Kelebihan lain dari film ini adalah kemampuan menyajikan sejarah Indonesia dengan apik. Dari kemenangan Jepang atas Belanda hingga kemerdekaan yang diikuti oleh tantangan baru ketika Belanda kembali ingin menjajah Indonesia. Film ini menjadi lembaran sejarah yang tak hanya menghibur tetapi juga memberikan pelajaran berharga, terutama bagi generasi muda yang mungkin kurang familiar dengan peristiwa tersebut.

Alur cerita yang runut dan smooth, sejalan dengan novelnya, memberikan pengalaman menonton yang memikat. Meskipun terdapat sedikit deviasi dari cerita novel, hal ini tidak mengurangi kualitas film ini. Selain itu, akting luar biasa dari para pemain, khususnya Vino dan Laudya Cintya Bella, memberikan kehidupan pada setiap adegan.

Momen-momen sedih dalam film ini, seperti kematian anak pertama Buya Hamka dan kepergian sang ayah, memberikan nuansa emosional yang menggetarkan. Ini tidak hanya menunjukkan sisi heroik dan pemikiran Buya Hamka tetapi juga sisi manusiawi dan perasaannya sebagai seorang suami dan ayah.

Melihat trailer di akhir film, Volume II sepertinya akan menjadi kelanjutan yang menarik, mengeksplorasi perjuangan Buya Hamka setelah kemerdekaan, dengan ancaman kembalinya Belanda. Sementara Volume III akan membuka lembaran baru kecil dari kehidupan Buya Hamka, memberikan penggambaran lebih mendalam tentang hubungannya dengan sang ayah dan perjalanan spiritualnya ke Mekah.

Terakhir, sebuah catatan untuk para lelaki yang ingin menonton film ini: siap-siaplah terkena diabetes, karena kehadiran yang manis nan memesona dari Laudya Cintya Bella. Namun, kehadiran beliau tidak hanya memikat secara fisik tetapi juga menggambarkan sosok istri yang mendukung dan bijaksana dalam setiap langkah Buya Hamka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline