Lihat ke Halaman Asli

Rahmat Hidayat

Sedang belajar menulis dan membuat konten yang bermanfaat

Perjalanan Pulang dari Bandung: Antara Sate Maranggi dan Toilet Gratis

Diperbarui: 29 Februari 2024   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: oriflameid.com

Halo, para pembaca setia! Saya ingin berbagi pengalaman menarik dari perjalanan pulang saya kemarin setelah liburan di Bandung. Sebuah cerita yang mungkin akan membuat kita lebih mempertimbangkan apa yang kita harapkan dari sebuah fasilitas umum.

Akhir pekan kemarin, saya memutuskan untuk menikmati liburan di Bandung. Setelah puas menikmati keindahan kota kreatif ini, saya memutuskan untuk mampir ke Purwakarta, tergoda oleh kisah sate maranggi yang konon sangat enak.

Selesai menikmati sate maranggi yang memang tak mengecewakan, perjalanan saya dilanjutkan menuju Jakarta. Setelah beberapa jam berkendara, saya memutuskan untuk beristirahat dan mampir ke rest area untuk menunaikan "panggilan alam".

Tiba di rest area, saya melihat tulisan besar di dinding toilet yang menyatakan "Toilet Gratis". Saya pun berpikir, "Wow, keren ya sekarang toilet di rest area sudah gratis, biasanya kan kita harus bayar 2 ribu." Namun, kesenangan ini hanya bertahan sejenak.

Saat saya memasuki toilet, kenyataannya sungguh berbeda dari ekspektasi saya. Seorang ibu sedang membersihkan lantai, dan ketika saya membuka pintu tiga kamar mandi yang terbuka, saya terkejut. Kondisinya sangat kotor dan penuh dengan (maaf), kotoran. Keadaan ini tidak hanya terjadi di satu kamar, melainkan di ketiga kamar mandi yang saya masuki.

Saya lalu memutuskan untuk menggunakan urinoir, bersyukur bahwa saya hanya perlu buang air kecil. Pikiran langsung terlintas, bagaimana jika kaum wanita berada dalam situasi ini? Toilet yang kotor dan penuh mungkin akan menjadi dilema serius bagi mereka. Saya memahami bahwa toilet umum mungkin tidak selalu bersih, tapi kondisi seperti ini jelas sangat menyulitkan.

Saya pun berpikir, apakah kondisi ini disebabkan karena toilet gratis? Apakah jika kita membayar 2 ribu rupiah, kondisinya akan lebih baik? Ini membuat saya berandai-andai, sangat mungkin orang lebih bersedia membayar lebih untuk mendapatkan toilet yang bersih dan terawat.

Semoga pemerintah daerah dan pengelola rest area dapat lebih memperhatikan kebersihan toilet umum. Layanan yang baik tidak hanya terbatas pada makanan dan minuman, tetapi juga termasuk fasilitas umum seperti toilet. Saya yakin banyak orang lebih memilih membayar sedikit asalkan toiletnya bersih dan nyaman. Semoga kerjasama antara pemerintah dan pengelola rest area dapat memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pengguna jalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline