Lihat ke Halaman Asli

Hanya Segerombol Awan

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika sang surya datang untuk bergantian dengan kodrat sang bulan

Aku telah ada di angkasa pagi untuk siap berarak mengelilingi bumi mu

Namun ketika sang surya mu mulai marah dan memerah

Aku rela memuai dan berkondensasi

Ketika tak kuat lagi dan air sejukku jatuh ke bumi mu

Aku harus rela kau halangi dengan sang payung sampai kau tak bisa memandang ku lagi

Ketika ku coba tuk teduhkan mu

Aku tidak boleh marah ketika angin meniup tubuh kapas ku tuk mejauh darimu

Ketika petir menyambar dunia mu

Aku harus duduk di antaranya untuk terbang menghalau

Ketika aku tak kuasa menahan tangis

Aku harus tau bahwa kau akan masuk ke dalam rumah mu

Ketika kau sibuk dengan bunga-bunga mu

Aku harus sadar bahwa kau tak akan melihat ku ke atas

Aku sadar bahwa kau tak akan mau tau ketika ku terbakar karena matahari mu

Karena demi kau yang sedang menguasai hari

Aku memang harus mau untuk di tiup angin

Aku hanyalah awan-awan yang melayang di angkasa dan terlalu banyak mengurusi hari mu,hingga kau bosan

Yang bersedia putih ku bertubah menjadi mendung untuk rela membuat kamu masuk ke dalam rumah dan terlelap bahagia

Salam mendung

Jakarta,25 mei 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline