Seperti yang disampaikan Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada pertengahan 2017, bahwa Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi pada tahun 2030-2040, di mana jumlah penduduk usia produktif, berusia 15-64 tahun, akan lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif.
Ini artinya bagi saya dan Anda yang saat ini memiliki anak usia balita atau sekolah, jika kita tidak mempersiapkan dan mengarahkan anak-anak untuk menemukan minat, bakat serta visi yang ingin diraih oleh mereka, maka anak kita akan memasuki medan pertarungan yang sengit dalam dunia pencarian kerja. Lulusan perguruan tinggi baik strata 1 maupun 2 akan semakin banyak dan mungkin akan menjadi standar minimal pendidikan yang akan diminta.
Sebagai orangtua yang juga seorang karyawan, menurut saya ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan agar anak-anak kita dapat lebih siap menghadapi masa bonus demografi:
Visi
Visi adalah kejernihan pandangan akan tujuan yang akan dicapai.
Seseorang yang memahami visi yang dimiliki dalam hidupnya akan lebih mudah dalam menentukan apa saja yang harus dilakukan untuk membawanya kepada visi tersebut.
Kita sebagai orangtua yang mewarisi pola asuh sebelumnya, mungkin jarang yang memberikan bimbingan kepada anaknya untuk menemukan visi mereka sendiri.
Kita para orangtua berusaha memberikan pendidikan terbaik sesuai jenjang pendidikan yang berlaku dan berharap dapat meraih gelar setinggi-tingginya.
Tetapi, setelah itu apa yang akan diraih?
Sama seperti kisah hidup saya, yang menempuh jenjang perguruan tinggi pendidikan bahasa Jepang tetapi akhirnya bekerja di area manajemen sumber daya manusia.
Andai saja saya menyadari pentingnya visi sejak dini, mungkin saya tidak perlu membuang lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak memiliki tujuan yang jelas.
Entrepreneurship
Anak-anak menempuh pendidikan formal yang cukup panjang biasanya dipersiapkan untuk melamar kerja setelah lulus.