Lihat ke Halaman Asli

RhetIM

Orang biasa

Sekat yang Melekat

Diperbarui: 4 Oktober 2015   01:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

SEKAT YANG MELEKAT

Dibatasnya perbedaan adalah suatu hal yang begitu pelik. Sementara lantang suara membicarakan tentang hapus-menghapus perbedaan, tiada disadari bahwa sebenarnya hati--sebelum lidah berkata lantang--telah terlebih dahulu menyekat-nyekat tanpa disadari.

“Aku mencintaimu. Aku tak memandang perbedaan keyakinan di antara kita!” ucap Paijo meyakini kekasihnya.

Atau banyak juga sering kita temukan di dalam lingkungan sekitar, seperti hal pertemanan ataupun keluarga terdekat. Yang paling mencolok pastinya ketika masih kecil dan baru duduk di bangku sekolah, mengajarkan untuk saling bertoleransi dan menghargai perbedaan.

Sedari kecil memang, dasar dari nilai Pancasila telah ditanamkan untuk tidak memandang garis perbedaan sebagai pembatas. Lalu, apa yang melandasi perbedaan itu tetaplah ada dan membentuk sebagian golongan? Menyekat dan seakan menciptakan jarak di antara sesamanya.

Tak dipungkiri, agama ikut berperan di dalamnya. Secara tak langsung, kalangan pemuka agama berperan dan turut andil memainkan lakon perbedaan. Entah, apakah untuk kepentingan pribadi ataukah memang telah ditanamkan di dalam suatu ajaran tiap masing-masing ajaran.

Dan kenyataannya, perbedaan tak hanya melulu dalam lingkaran agama seseorang. Terkadang pun status sosial, hingga tentang fisik seseorang--yang dianggapnya tidak sempurna--telah menjadikan suatu pembatas dalam hal untuk saling menerima.

Lalu, dimanakah sebenarnya yang memang tidak membatasi adanya perbedaan antar manusia?

Hanya ada satu jawaban, yaitu, wacana. Ya, itu hanya ada di wacana, atau dapat

dikatakan hanya di mulut saja.

Seperti halnya dengan Tuhan, dalam kitab suci manapun pasti ditemukan kisah tentang surga dan neraka. Surga identik dengan orang-orang suci, sedang Neraka sebagai tempat orang-orang jahat menurut garis besarnya. Pun, tak satu pun di muka bumi ini ada seseorang yang mampu berbuat kebaikan, bila itu tidak mendatangkan keuntungan terhadap dirinya sendiri.

Sebenarnya perbedaan itu indah. Pengaplikasian manusianya saja yang telah membuat perbedaan itu seakan melekat, mengalir di dalam darahnya tanpa pengecualian.

Lihatlah siang yang begitu terang, diimbangi dengan malam gelap sebagai peristirahatan anak-anak manusia setelah lelah mengelabui terang. Atau lihatlah bulan yang indah, masih membutuhkan matahari untuk penampilannya yang bercela.

Bukankah semuanya itu saling melengkapi? Bila benda yang diciptakan Tuhan saja mampu untuk saling mengisi, lalu mengapa kita yang merasa manusia tidak mampu untuk saling memberi kelebihannya, untuk menutupi kekurangan lawan di depan mata?

Lho! Bukannya tadi di atas dibahas bahwa Tuhan juga membuat perbedaan dengan surga dan neraka?

Sebenarnya itu hanyalah cara sempit dari pikiran anak manusia menelaah. Surga dan neraka bukanlah perbedaan, namun lebih dari pengertian itu, bahwa barangsiapa membedakan sesamanya, maka nerakalah rumah terakhirnya. Bukan letak untuk orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Bila ada yang berkata demikian, apakah pemuka agama tersebut telah mengenali sosok Tuhan itu sendiri, sehingga ia berani mengucap perihal tersebut?

Dan akhir kata, perbedaan tetaplah indah. Bila tidak dapat menerima konsep perbedaan, baiknya koreksi dalam jiwamu, adakah yang sakit?

Bila ada yang membedakan agama, ketahuilah bahwa orang itu sesungguhnya masih bingung dengan tuhan miliknya.

Karena Tuhan bukanlah barang promosi yang layak dipasarkan. Silahkan berdakwah, silahkan menginjili, tapi jika ada memandang sebelah mata terhadap lawanmu, dakwahkanlah/injillilah dirimu terlebih dahulu.

Bila ada yang memandang rendah status sosial dan wajah, berbanggalah bahwa sesungguhnya, engkaulah yang lebih kaya dan juga lebih mulia karena mampu menerima kekurangan diri sendiri.

Karena perbedaan, tetaplah sebatas wacana yang didengungkan tanpa tangan menindak, merangkul dan berjabat tangan.

21/07/15




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline