Lihat ke Halaman Asli

Rhania Noor Alisya

siswi smpn 7 depok

Kisah Nabi Besar Muhammad SAW (Bagian 1: Masa Kecil)

Diperbarui: 22 September 2022   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepergian Ayah Nabi Muhammad SAW

Ayah Nabi Muhammad bernama Abdullah bin Abdul Muthalib. Ia merupakan anak dari Abdul Muthalib yang berasal dari kabilah Bani Hasyim. Kakek Muhammad merupakan salah satu kepala suku Quraisy yang memiliki jabatan siqayah atau pengawas sumur zam-zam. Tugas siqayah adalah menyediakan air yang dibutuhkan oleh pengunjung Ka’bah.

Abdullah dikenal sebagai pemuda tampan dan bersih jiwanya. Ketika dewasa, Abdullah menikah dengan Aminah binti Wahhab yang berasal dari kabilah Bani Zuhrah. Baik dari garis keturunan ayah maupun ibunya, Muhammad merupakan keturunan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Suatu hari, Abdullah mengikuti kafilah dagang ke Syam untuk membeli kurma di Yatsrib (sekarang bernama Madinah). Diperjalanan, ia jatuh sakit hingga akhirnya meninggal di usia 25 tahun. Jenazah Abdullah dimakamkan di kota Dar an-Nabighah, Yatsrib. Peristiwa itu terjadi setelah 3 bulan Abdullah menikah dengan Aminah yang ternyata sedang mengandung anak pertamanya.

Pasukan Gajah

Peristiwa pasukan gajah dipimpin oleh seorang penguasa di Yaman bernama Abrahah bin ash-Shabbah al-Habasyi. Kedatangannya yaitu berniat untuk menghacurkan Ka’bah, karena dia benci melihat kehadiran banyak orang yang beribadah ke Ka’bah. Abrahah mengirim 6.000 tentaranya menuju Mekah. Kejadian ini 50 hari sebelum kelahiran Nabi Muhammad. Pasukan dilengkapi peralatan perang dan pasukan gajah untuk meruntuhkan Ka’bah.

Kedatangan mereka membuat Mekah mencekam, sehingga penduduk pun mengungsi meninggalkan Mekah. Saat pasukan Abrahah menyerang Ka’bah, tanpa diduga datang burung-burung Ababil melempar  bebatuan yang terbakar dari neraka. Bebatuan tersebut menghancurkan dan membinasakan pasukan Abrahah. Peristiwa tersebut diabadikan Allah SWT dalam surat Al-Fill. Hal ini menyebabkan tahun kelahiran Nabi Muhammad disebut Tahun Gajah.

Source: dokpri

Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Tidak lama setelah peristiwa pasukan gajah, Aminah melahirkan anak laki-laki pada hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah bertepatan tanggal 20 April 571 Masehi. Pagi harinya kakek Nabi Muhammad datang menjenguk cucunya, lalu diangkat, dicium, dan didekapnya. Cucunya tersebut digendong dengan bertawaf mengeilingi Ka’bah sambil berdoa dan bersyukur kepada Allah SWT.

Seminggu kemudian, Abdul Muthalib mengadakan selamatan dengan mengundang pembesar Quraisy. Abdul Muthalib mengumumkan bahwa cucunya bernama Muhammad yang artinya orang terpuji. Abdul Muthalib berharap agar cucunya dipuji penduduk bumi dan langit.

Source: dokpri

Masa Asuhan

Tradisi bangsa Arab, anak-anak yang baru lahir disusui oleh wanita desa. Hal itu bertujuan agar anak-anak bisa tumbuh dengan sehat dan baik di desa karena udara pedesaan bersih, meningkatkan daya tahan tubuh, menguatkan fisik anak, mendidik anak mandiri dan tidak bergantung kepada orang tua, melatih dan menjaga kefasihan logat bahasa Arab.

Ketika Muhammad bayi, ibu-ibu dari desa Sa’ad berdatangan ke Mekah. Mereka mencari anak-anak yang akan disusukan. Mereka berharap dapat mengasuh anak-anak kaya dan mendapatkan upah yang banyak. Desa Sa’ad terletak di daerah pegunungan yang udaranya tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas. Desa ini berjarak kira-kira 60 km dari Mekah.

Ada seorang ibu dari keluarga miskin bernama Halimah binti Abi Dua’ib as-Sa’diyah menemui Aminah. Tetapi ia belum mengambil keputusan apakah ingin menyusui Muhammad atau tidak karena Aminah juga orang miskin. Kemudian Halimah meminta pendapat suaminya yang bernama Haris, mengenai Muhammad. Karena dia sudah mencari anak asuh tetapi, tidak menemukannya kecuali anak itu. Walaupun demikian, Halimah tertarik untuk mengasuh Muhammad walau miskin karena anak itu wajah yang berseri-seri dan bersinar, memiliki pandangan yang tajam, dan merasa anak ini akan membawa keberkahan.

Haris kemudian mendesak Halimah agar mengambil bayi itu. Keputusan Halimah membawa bayi Aminah ternyata membawa berkah. Kambing yang mereka pelihara gemuk-gemuk, memiliki anak yang banyak, susunya berlimpah, rumput untuk makan ternaknya tumbuh subur. Kehidupan keluaraga Halimah menjadi cerah dan bahagia.

Dalam masa asuhan Halimah, Muhammad menunjukkan tanda-tanda kenabian. Muhammad kecil sangat berbeda dengan anak lainnya. Pada usia 5 bulan, ia sudah pandai berjalan. Usia 9 bulan sudah bisa berbicara. Usia 2 tahun sudah mandiri dan bisa dilepas untuk ikut mengembala kambing bersama anak-anak Halimah. Diusia 2 tahun ini, ia berhenti menyusu dan sudah saatnya ia dikembalikan ke ibunya. Halimah merasa berat hati untuk melepas Muhammad karena sudah sangat menyayangi seperti anaknya sendiri dan anak asuhnya ini selalu membawa keberkahan dalam keluarga Halimah.

Aminah sangat bahagia karena bertemu kembali dengan anaknya dalam keadaan sehat bugar dan pintar. Ternyata perpisahan Halimah dan Muhammad hanya sebentar karena kota Mekah diserang wabah penyakit. Untuk menjaga keselamatan Muhammad, Aminah kembali menyerahkan Muhammad kepada Halimah. Pada masa asuhan kali ini, Halimah dan keluarga sering menemukan keajaiban. Seperti sering terdengar ada orang yang memberikan salam “Assalamu’alaikum ya Muhammad” tetapi tidak terlihat orangnya.

Penyucian Jiwa

Ada peristiwa yang mengejutkan terjadi pada Muhammad kecil saat berusia sekitar 4 tahun dikala ia mengembala kambing bersama anak-anak sebayanya. Saat itu, anak Halimah yang bernama Dimrah berlari pulang sambil menangis. Ia mengatakan kepada ibunya, ada 2 orang besar berpakaian putih yang menangkap Muhammad. Menurut hadits Riwayat Muslim, laki-laki itu memegangkan tangan kecil Muhammad lalu membaringkan, membuka bajunya,  membelah dada Muhammad, mengambil hatinya, kemudian dibasuh dengan air yang mereka bawa. Setelah itu, mereka mengembalikan hati Muhammad ketempat semula lalu menutupnya.

Halimah pun bergegas menyusul Muhammad dan menjumpai anak tersebut sendirian menengadah ke langit. Muhammad bercerita kepada Halimah bahwa 2 orang besar tersebut adalah malaikat. Mereka memberi salam kepada Muhammad dan melakukan sesuatu hal seperti cerita hadits diatas. Muhammad tidak merasa sakit dan tidak ada bekas luka.

Kejadian tersebut membuat Halimah merasa takut, lalu ia mengembalikan Muhammad kepada ibunya di usia 4 tahun. Berdasarkan penjelasan Halimah kepada Abdul Muthalib, kakeknya semakin yakin bahwa Muhammd kelak akan menjadi orang besar.

Kepergian Ibu Nabi Muhammad SAW

Setelah Muhammad kembali kepangkuan ibunya, kerinduannya pun terhapus. Melihat wajah Muhammad, Aminah teringat pada suaminya, sehingga ia memutuskan berziarah ke makam Abdullah di Yatsrib. Keberangkatan Aminah dan Muhammad untuk berziarah ditemani seorang pembantu bernama Ummu Aiman. Setelah berziarah dan mengunjungi beberapa keluarga di Yatsrib, mereka kembali ke Mekah. Ditengah perjalanan, Aminah jatuh sakit di kampung Abwa sekitar 37 km dari Yatsrib dan akhirnya meninggal disaat Muhammad berumur 6 tahun.

Aminah dimakamkan di kampung tersebut, lalu Ummu Aiman membawa pulang Muhammad kepada kakeknya di Mekah. Mereka disambut dengan rasa duka yang mendalam karena di usia 6 tahun sudah menjadi yatim piatu. Setelah kepergian ibunya, Muhammad diasuh oleh kakeknya selama 2 tahun. Kakeknya meninggal karena sakit tua saat Muhammad berusia 8 tahun. Kemudian Muhammad diasuh oleh pamannya bernama Abu Thalib yang menyerupai kakeknya. Walaupun miskin, Ia sangat disegani dan dihormati oleh masyarakat suku Quraisy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline