Lihat ke Halaman Asli

Memburu Kelelawar dan Juga Pasangan Sejati di Kota Soppeng

Diperbarui: 14 Februari 2016   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption caption="Lambang Kota Watansoppeng"][/caption]Watansoppeng, kota kecil dengan sejuta pesona dan juga sejarah yang terpendam. Sebuah kota yang tidak memiliki lautan luas, hanya ada daratan luas dengan gunung yang menjulang tinggi dan hamparan hutan yang hijau. Di sisi yang lain, Soppeng merupakan Kota tua dengan kerajaan Watansoppeng yang pernah berkembang pesat, menjadi kota para cendekia dan para pahlawan serta bagi nama – nama besar yang telah dikenal hingga saat ini. Berbeda dengan Bugis Pesisir, masyarakat Soppeng yang berbahasa Bugis memiliki dialeg yang lebih halus dan begitu lembut.


Dapat dilukiskan Kota Soppeng dihiasi dengan bangunan – bangunan tua yang terawat, jalanan aspal yang begitu mulus untuk dilalui, tidak ada kata macet dan juga kepenatan seperti yang ada di Kota lain, sebagai pelengkap disajikan udara yang sangat segar dibalut dengan embun yang begitu sejuk pada pagi maupun saat malam menyapa. Sangat sempurna untuk dijadikan tempat menenangkan diri dan menghabiskan masa tua yang butuh suasana damai.

Jujur, awalanya saya tidak begitu tertarik dengan yang namanya Kota Soppeng, karena di dalam benakku Soppeng hanyalah sebuah desa dengan kehidupan yang biasa – biasa saja, tidak ada yang menarik ataupun membangkitkan gairahku untuk mengunjungi Kota tersebut. Tetapi, suatu saat seorang wanita yang kini telah menjadi pendampingku mencoba menggodaku untuk berkunjung kesana. Ia ceritakan semua tentang Soppeng yang dibungkus dengan kisah – kisah manis nan indah. Sebenarnya tidak ada niat ku dan sangat tidak tertarik, tapi rayuannya yang begitu hebat dapat membuatku penasaran hingga bertanya – tanya ada apa sebenarnya dengan Kota Soppeng yang dengan bangga ia ceritakan.

Saat niat dan rasa penasaranku telah terkumpul menjadi rasa ingin tahu, akhirnya ku mulailah petualanganku menuju Kota Soppeng. Berangkat dari Makassar, untuk menuju Kota Soppeng harus menempuh 4 – 5 jam perjalanan, melewati Kabupaten Maros, Pangkep, Barru, Parepare dan tibalah di Soppeng.

Saat memasuki Kota Soppeng, ada pemandangan yang aneh dan tidak biasa bagi saya yaitu hewan Kelelawar. Begitu banyak kelelawar yang hidup bergelantungan disini, dan anehnya sejak dulu kelelawar dalm jumlah banyak ini hanya mau diam dan bergelantungan pada pohon – pohon yang ada di pusat kota. Entah apa yang begitu istimewa dari hewan berkulit hitam, bergigi tajam, bau yang menyengat dan selalu begadang saat malam ini, karena menurut cerita dari masyarakat asli Soppeng, jika kelelawar yang ada di kota tersebut meninggalkan kota Soppeng maka itu merupakan pertanda musibah yang akan menimpa kota Soppeng, begitu cerita yang masuk di telingaku.


Ada juga kisah yang lebih unik yaitu jika orang dari luar daerah datang berkunjung ke Soppeng lalu secara tidak sengaja dijatuhi kotoran kelelawar maka kabarnya dia akan mendapatkan jodoh orang asli dari Soppeng. Mungkin karena terlalu bersemangat, saya ingin sekali mendapatkan kotoran langsung dari kelelawar ini agar bisa berjodoh dengan wanita asli Soppeng. Tapi jika dipikir kembali, sebelum berkunjung dan mendapat bingkisan kotoran kelelawar pun saya sudah berjodoh dengan wanita asli Soppeng. Entah hanya sekedar mitos atau fakta yang nyata, tapi karena hewan yang suka begadang alias kelelawar ini akhirnya Soppeng dikenal dengan Kota kelelawar dan mampu menyedot wisatawan lokal maupun asing.


Tak hanya dikenal dengan hewan yang hobi begadang saja, Soppeng juga dikenal dengan wisata air panas yang memiliki suhu mencapai 60 derajat celcius. Ya, pemandian ini bernama Air Panas Lejja. Terletak di Desa Bulu, Kecamatan Marioriawa sekitar 45 Km dari Kota Soppeng, wisata ini menyajikan pemandian alam yang butuh akan relaksasi. Dengan fasilitas yang cukup lengkap mulai dari penginapan, musollah, wc umum hingga pedagang asongan yang tidak pernah absen, wisata alam lejja ini wajib dikunjungi jika kita ke Soppeng.

Tak lepas dari mitos, banyak juga wisatawan maupun masyarakat asli Soppeng yang berkunjung ke Lejja bukan hanya sekedar menikmati air panas saja, namun mempunyai niat seperti meminta jodoh. Cara mereka melakukan hal ini yaitu dengan menggantungkan kaleng bekas minuman sebagai simbol pengharapan supaya niat yang diinginkan dapat terwujud. Jika suatu saat keinginan tersebut terwujud maka mereka akan kembali lagi ke Lejja untuk melepaskan ikatan kaleng bekas tersebut. Begitulah cerita dan kisah yang telah berkembang dan mendarah daging bagi masyarakat setempat.


Apakah kota Soppeng identik dengan kota untuk mendapatkan jodoh atau mitos tersebut digunakan untuk bisa menarik wisatawan supaya kota kelelawar ini tidak pernah sepi dari hiruk pikuk wisatawan. Senang rasanya bisa berkunjung ke Kota yang merupakan kota kelahiran seorang yang mendampingiku saat ini. Tak perlu harus menunggu untuk mendapatkan kotoran spesial dari kelelawar ataupun menggantungkan kaleng bekas minuman setinggi pohon yang ada di Lejja untuk mendapatkan pasangan sehidup semati dari Soppeng. Toh saat ini saya sudah bisa mendapatkan wanita asli Soppeng. Waktu dan masa pun menjadi akhir perjalananku untuk menjelajah kota Soppeng yang penuh dengan mitos.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline