sopir taksi itu berbagi cerita
cerita kehidupannya yang begitu naik turun
tak selamanya mendapat uang banyak
untuk menyetorpun rasanya susah
dia telah berpindah rumah 20 kali
kontrak sana kontrak sini
biaya sekolah anaknya kocar kacir
biaya makanpun sedikit berpuasa
ini dia sudut pandang yang tak pernah terlihat
oleh orang2 yang berkuasa dan rebitan harta
tak pernah memikirkan kesejahteraan warganya
yang masig menangis menanggung derita.
oleh : ragil anggara (mahasiswa filsafat ugm 2012)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H