Suatu ketika Bung Karno menyamar sebagai petani, ia membeli nasi di sebuah warung nasi pinggir pasar di Tegal.
Ketika itu ia masuk warung dan minta dilayani. Pemilik warung itu mempersilahkan Si Bung duduk sebentar dengan tangannya menunjuk bangku panjang, kemudian pedagang itu duduk kembali di samping radio mendengarkan pidato Bung Karno.
Si Bung tersenyum dan bicara sekali lagi bahwa ia sudah lapar. Pedagang itu mengangguk sambil memberi kode sabar kepada Si Bung.
Akhirnya Si Bung pergi dari warung nasi itu, tidak jadi makan. Tak berapa lama Soegandi ajudannya datang ke warung itu memberi sebuah pakaian kepada pemilik warung nasi itu karena tak ada lagi hadiah yg dapat diberikan kepada pedagang nasi itu.
Dari cerita ayahku, Yoesoef Soegiono yang waktu itu tentara pelajar, kisah Si Bung itu cermin betapa loyalis dan militannya rakyat waktu itu kepada Pemimpin besarnya Ir Soekarno, sampai sampai mengesampingkan pendapatan warung demi untuk tidak ketinggalan siaran ulangan pidato Si Bung di radio. (Rg Bagus Warsono)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H