Lihat ke Halaman Asli

Rahuli Febrianda

Penulis novel Eskalasi dan Nathan Lika-liku hidup

Akankah Kurikulum Merdeka Tetap Dilanjutkan atau Diganti?

Diperbarui: 21 Oktober 2024   08:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Akankah Kurikulum Merdeka Tetap Dilanjutkan by atau Diganti?

Pergantian menteri sering kali diiringi dengan kebiasaan pertanyaan klasik, akankah "ganti menteri, ganti kurikulum," yang memicu kekhawatiran di kalangan pendidik dan masyarakat. Apakah ini akan terjadi lagi pada Kurikulum Merdeka? Kurikulum ini telah memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk menyesuaikan materi sesuai kebutuhan lokal. Namun, seperti kebijakan lainnya, tantangan besar juga muncul.

Fleksibilitas yang diberikan kepada sekolah tidak serta-merta menghasilkan kemajuan yang merata. Kepala sekolah dengan kemampuan kepemimpinan kuat dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan baik, sementara sekolah yang kurang memiliki sumber daya mungkin justru mengalami stagnasi. Ini menyebabkan kesenjangan antar sekolah semakin lebar.

Meskipun demikian, Kurikulum Merdeka dipandang berhasil dalam memberikan ruang bagi inovasi pembelajaran. Program pelatihan Guru Penggerak telah membantu guru dan kepala sekolah memperdalam pemahaman tentang metode pengajaran yang lebih efektif dan relevan dengan kondisi lapangan. Namun, pelatihan ini masih belum merata, dan hanya sebagian kecil dari guru yang mendapat kesempatan tersebut.

Selain itu, banyak guru yang merasa terbebani dengan tugas administratif yang seakan mengalihkan perhatian dari tugas utama mereka, yaitu mendidik siswa. Tugas-tugas seperti ini bisa berujung pada fokus pendidikan yang terpecah, di mana administrasi menjadi prioritas dibandingkan proses belajar-mengajar.

Meskipun ada sisi positif dari penerapan Kurikulum Merdeka, pertanyaan yang tetap mengemuka adalah apakah kurikulum ini akan dilanjutkan, atau akan mengalami perombakan seiring pergantian kabinet. Setiap perubahan menteri selalu membawa kebijakan baru, dan banyak yang berharap agar perubahan yang terlalu sering dalam kurikulum tidak mengganggu kesinambungan pendidikan.

Kita mungkin perlu mempertimbangkan bahwa pendidikan bukan proyek jangka pendek yang selesai dalam lima tahun. Kurikulum Merdeka, meskipun masih memiliki kekurangan, memerlukan waktu untuk dievaluasi dan dikembangkan lebih lanjut. Pergantian kebijakan secara tergesa-gesa dapat membuat sekolah dan guru kebingungan, dan siswa sebagai pihak yang paling terdampak, mungkin justru kehilangan arah dalam sistem yang terlalu sering berubah.

Di tengah dinamika ini, ada baiknya menunda perubahan besar dan fokus pada perbaikan bertahap. Evaluasi yang lebih mendalam terhadap implementasi Kurikulum Merdeka sebaiknya dilakukan terlebih dahulu sebelum membuat keputusan drastis, karena stabilitas dalam kebijakan pendidikan akan sangat menentukan keberhasilan jangka panjang.

Disclaimer: Artikel ini merupakan opini pribadi yang tidak mendukung atau berpihak pada siapapun. Kekhawatiran yang diungkapkan semata-mata berdasarkan observasi terhadap dinamika pendidikan di Indonesia. Saya berharap bahwa pendidikan dapat terus berkembang ke arah yang lebih baik dan merata, baik dari segi fasilitas maupun perhatian terhadap para pelaku pendidikan. Segala pandangan dalam artikel ini hanya dimaksudkan untuk mengajak diskusi dan refleksi, dan tidak bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan atau mendiskreditkan pihak tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline