Lihat ke Halaman Asli

Initial Public Offering (IPO): Makhluk apakah ini?

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih tentang VGMC kawan-kawan. Bukan saya ingin memanfaatkan momentum itu demi jualan tulisan, seperti yang dituduhkan pemegang saham VGMC tentang tulisan-tulisan saya di sini. Namun, karena diam-diam saya sedih dan geli dengan ketidaktahuan orang dengan hal-hal yang berhubungan dengan hal teknis di akuntansi dan keuangan. Mari kita bandingkan pengetahuan masyarakat kita tentang sepakbola, politik, hukum, korupsi, pemilihan umum, dll. Paham semuanya. Mau dikupas-tuntas sebersih apapun, ayo. Di kafe, di warung, di lesehan, di tengah sawah, semua bisa bicara masalah itu. Namun, jangan tanyakan tentang apa itu IPO, saham preferen, laporan keuangan, auditor eksternal, auditor internal, pasar modal. Mungkin ada yang tahu, tapi lebih banyak yang tidak tahu. Saya sedih karena ketidaktahuan itu dimanfaatkan oleh para fraudster diwakili oleh para dutanya di Indonesia. Dan saya geli--jujur,  tertawa geli--membaca komentar para pemegang saham VGMC seputaran masalah IPO. Maafkan saya kalau saya mengaku harus tertawa geli. Di bawah ini ada beberapa pertanyaan yang masih saya ingat yang saya baca dari blog dan grup mereka.

Kalau saya ndak ikut IPO boleh gak? Boleh, ndak, saya menolak IPO? Kalau IPO itu saham (emas/platina) atau VGMC, sih?

Bolehkah anda menolak IPO? Boleh. Tapi, anda pernah anda diajak rapat rencana jangka panjang perusahaan? Kalau tidak, ini ibaratnya anda menyamakan IPO dengan jalan-jalan ke Ancol: boleh ikut, boleh tidak ikut. IPO itu atas saham (emas/platina) atau atas perusahaan? Nah, kalau ini jelas sekali bahwa si pemegang saham VGMC itu tidak paham sama sekali dengan makhluk ini. Mari kita mulai dari awal, tidak perlu sejak perusahaan beroperasi. Cukup kita andaikan diri kita berada di tengah masa perusahaan bertumbuh. Mari kita berandai-andai di sebuah negara, VGMC menemukan sebuah bukti kuat bahwa di dalam tanah terkandung emas dalam kuantitas yang sangat besar. Kita pinjam gambar dari artikel yang lalu untuk mengilustrasikannya. Katakan tambang Barrick di Afrika itu ditemukan justru oleh VGMC, bukan oleh Barrick. VGMC menyadari betul bahwa emas yang ada di bawah tanah itu besar sekali 7.5 juta ounces. Kalau diperhatikan perbandingannya dengan gedung-gedung di permukaan tanah itu, jelas sekali betapa berlimpahnya emas itu. Namun, muncul masalah. VGMC hanyalah sebuah perusahaan kecil, tidak punya uang yang cukup untuk mengeksplorasi potensi emas itu. Mereka tidak punya alat tambang yang cukup, tidak punya insinyur dan tenaga kerja yang cukup, tidak punya fasilitas pemisahan emas dari kotoran, dll. Semuanya harus dibeli atau disewa. Katakan bahwa VGMC itu adalah sebuah perusahaan yang didirikan oleh empat orang sekutu: Victor, Gareth, Michael, dan Conrad. Keempat sekutu ini telah kehabisan modal karena semuanya dipakai untuk riset  penemuan cadangan emas itu. Maka, satu-satunya cara adalah mencari tambahan dana. Pertanyaannya ke mana mencari uang? Ada dua alternatif: pinjam uang ke bank atau ajak orang lain memodali usaha itu. Kalau VGMC meminjam uang ke bank, maka mereka akan dikenai bunga dan mereka harus menjaminkan aset perusahaan. Katakanlah bunga bank hanya 6% setahun, namun bunga itu harus terus dibayar setiap bulan. Dan itu tidak hanya atas hutang yang telah dipakai, namun bisa juga atas uang yang telah disediakan oleh bank, namun belum dipakai. Padahal, walaupun cadangan emasnya telah pasti, masih butuh beberapa tahun lagi hingga emas pertama terjual. Jadi, katakan opsi peminjaman ke bank cukup mahal. Apalagi kalau bank tidak bisa mendanai sendiri, tapi mengajak bank-bank lain bergabung ke dalam sebuah sindikasi pendanaan, maka makin mahallah biaya peminjaman tersebut. Pilihan terakhir adalah mengajak orang lain masuk. Dan orang itu mesti jauh lebih banyak uangnya dari keempat orang tadi, setidaknya kekayaannya menyamai kemampuan pendanaan oleh bank. Adakah orang yang sekaya itu? Sulit. Namun, kalau dana yang dibutuhkan 1.000 juta USD, maka kalau 1,000 orang bergabung, masing-masing hanya perlu menyumbang 1 juta per orang. Kalau ada 1 juta orang, maka hanya perlu 1,000 USD per orang. Demikian seterusnya kalau semakin banyak orang yang masuk bergabung maka semakin kecil dana yang disetor setiap orang, secara rata-rata. Bagaimana cara mengajak 1000 atau sejuta orang untuk mau bergabung menyumbangkan modal? Ada dua cara: (1) dari mulut ke mulut berbasis kepercayaan atau (2) lewat pasar modal. Opsi yang pertama itu hampir mustahil dilakukan karena memakan waktu, tenaga, dan dana karena anda harus meyakinkan begitu banyak orang dan itu hanya untuk mendapatkan seribu atau duaribu dollar saja. Opsi yang kedua yang mungkin harus anda ambil. Namun, jika opsi pertama anda tidak perlu banyak berurusan dengan kertas, maka jika anda memilih opsi kedua ini, anda akan menghadapi banyak "rintangan" administrasi. Mari kita lihat formulir apa yang harus diisi oleh Google Inc. ketika mereka ingin masuk ke bursa di AS tahun 2004. Formulir pertama yang harus mereka isi disebut dengan Form S-1: Registration Statement.  Formulir itu ada di sini. Anda bisa lihat ada 26 butir hal yang diisi oleh Google Inc. dan diserahkan ke SEC, otoritas pengatur bursa di seluruh AS. Formulir itupun bisa bolak-balik berkali-kali dari Google ke SEC. Dan di antara hal-hal yang disampaikan ke SEC oleh setiap pemohon pendaftaran ke pasar modal adalah (1) laporan keuangan tiga tahun terakhir dan (2) laporan keuangan interim, yaitu laporan keuangan tahun ini, tahun ketika perusahaan memohonkan pendaftaran. Selain itu, perusahaan juga mesti menerbitkan sebuah prospektus. Prospektus itu kira-kira isinya, jika dikaitkan dengan contoh temuan emas VGMC di atas, adalah apa yang akan dilakukan oleh VGMC di masa datang dengan semua uang yang akan ia kumpulkan di pasar modal, termasuk rencananya mengembalikan modal pemilik dalam bentuk dividen. Oke, katakan opsi ini yang diambil oleh VGMC. Untuk itu ia harus mengundang banyak pihak masuk ke dalam perusahaannya, mulai dari auditor eksternal, penilai aset, ahli pertambangan, konsultan hukum, underwriter (guna menjamin keterjualan saham kelak), pemerintah, dll. Mereka semua harus memberikan pendapat dan hampir setiap pendapat setiap pihak dibutuhkan. Auditor membutuhkan pendapat penilai aset, pemerintah membutuhkan pendapat auditor,  auditor membutuhkan pendapat konsultan hukum, dst. Kerja keras itu bisa terlaksana dalam satu tahun seperti penjelasan di artikel yang ini asalkan timnya kuat, solid, dan berpengalaman. Dan...yang lebih penting, apa yang diklaim oleh perusahaan memang ada. Misalnya, tambang emas itu benar-benar ada dan benar-benar memiliki cadangan sesuai dengan yang mereka sampaikan karena bagaimanapun juga seluruh uang yang didapatkan dari penjualan saham adalah untuk tujuan penambangan emas itu, bukan?

Mengapa semua prosedur itu sedemikian rumit dan panjang? Dan yang lebih penting, apakah nanti semua uang yang dibutuhkan akan bisa diperoleh?

Tujuan utama dari semua proses yang panjang itu, tidak hanya di AS, di Indonesia juga akan panjang, adalah untuk perlindungan investor. Mari kita andaikan bahwa perusahaan membutuhkan uang 100 juta atau 1 milyar USD dan, mengingat persaingan mendapatkan dana di pasar yang ketat, mereka memutuskan hanya menjual selembar saham 1 USD. Jadi, mereka harus melepas 1 milyar saham juga. Nah, di antara orang yang potensial membeli saham tersebut ada seorang nenek tua yang sehari-hari hanya menghabis waktu merajut benang. Apakah ia punya waktu dan daya dengan segala kerumitan pelaporan keuangan, kebenaran dan ketepatan laporan keuangan, dan kerumitan operasional perusahaan?

Tidak. Sama sekali tidak mungkin. Bahkan seorang dengan pelatihan keuangan yang memadaipun tidak akan sepenuhnya paham dengan keseluruhan operasi dan pelaporan perusahaan. Mereka semua butuh perlindungan. Dan untuk itulah semua proses itu ditujukan.

Nah, jika seluruh proses administrasi tersebut selesai dilaksanakan, barulah kemudian perusahaan menjual sahamnya. Penjualan saham yang pertama kali ke masyarakat itulah yang disebut dengan IPO atau di dalam bahasa Indonesia berarti penawaran saham perdana. Jadi, penawaran saham adalah penawaran atas hak kepemilikan atas perusahaan. Jika perusahaan menjual 1 milyar saham masing-masing saham berharga 1 USD dan anda membeli 1.000 lembar, maka hak kepemilikan anda adalah [1000/1 milyar] = 1 per sejuta persen. Apakah kepemilikan itu atas emas yang akan ditambang? Jawabannya: Tidak. Bayangkan jika sebuah restoran nasi Padang menjual saham perusahaannya kepada anda. Mereka punya beragam produk: rendang, ayam goreng, gulai kepala ikan, gulai tunjang, ayam pop, gulai ciput, dll. Apakah terbayang oleh anda betapa kerumitan dan kemusykilan penawaran saham atas produk kepada investornya? Saham menunjukkan kepemilikan atas perusahaan, bukan atas produk perusahaan. Jadi, demikian saudara-saudara sekalian. Penjualan saham hanyalah atas perusahaan, bukan atas produk. Jadi tidak ada namanya sebuah perusahaan yang menjual saham emas dan saham platina. Yang ada hanya saham perusahaan.  Produk apa yang diproduksi oleh perusahaan dihasilkan dari uang atau modal yang terkumpul dari pemegang saham itu. Untuk mengumpulkan uang itu perusahaan mesti mematuhi aturan yang bejibun. Apakah VGMC telah menuju ke arah itu? Saya kok masih meragukan, bahkan niat pun saya ragukan ada. Selama ini mereka telah gila-gilaan mengumpulkan uang dari masyarakat, namun tidak sedikitpun punya niat baik menjelaskan apa operasi mereka jalankan. Anda semua bisa bayangkan apa yang harus dilakukan seorang petani untuk merubah sebidang tanah menjadi sawah untuk ditanami padi dan merubah bibit padi menjadi padi dan terakhir beras. Tidak bisa dalam sebulan modal telah mulai dicicil dikembalikan ke pemodal. Apalagi sebuah pertambangan emas. Yakinkah anda bahwa dalam sebulan perusahaan telah berlaba dan mengembalikan modal anda dalam bentuk dividen? Padahal di saat yang sama mereka harus membayar berbagai biaya? Lalu atas bagaimana caranya menentukan besaran dividen jika laporan keuangan saja tidak ada? Bagaimana anda yakin bahwa laporan keuangan itu tepat, sesuai standar akuntansi keuangan, jika mereka saja baru berniat mencari auditor eksternal, seperti yang dijadikan alasan penghentian transaksi di awal bulan ini. Jadi, lupakan janji muluk IPO VGMC. Tidak akan pernah ke sana. Uang anda sudah di tangan mereka. Kalaupun mereka sedang mengelola tambang, untuk apa sih mereka pergi ke bursa lagi? Toh, modal sudah sedemikian banyak. Mari kita berandai-andai mereka jujur dan memang menjalankan usaha pertambangan dengan benar, lalu untuk apa harus ke pasar modal lagi? Mencari penyakit saja kalau harus ke pasar modal. Perusahaan sekelas BNI, konon di awal 2000-an, menghabiskan uang 1 juta dollar setahun hanya untuk menyewa auditor. Jadi, untuk apa harus diaudit jika tidak berada di bursa manapun? Lebih tegas lagi, mengapa harus ke bursa jika uang sudah ada? Lebih jahat lagi, mengapa harus mempertanggungjawabkan semua ini jika pemiliknya entah di mana. Sebagai catatan, penjualan saham sebelum IPO ini legal di AS (di Indonesia sepertinya belum diatur--dan ini celakannya) namun syaratnya sangat ketat dan risikonya sangat tinggi--dan itulah yang kemaren dibeli oleh para investor VGMC dan lebih parah lagi adalah saham preferen konvertibel, tanpa jelas syarat-syarat konversinya pula. Ini sudah saya bahas sebelumnya. Sekarang yang perlu anda selamatkan adalah ketenangan hati anda. Uang bisa dicari, ketenangan tidak. Saya sadar bahwa ada orang yang akan terus mencari tempat berjudi seperti ini dan mencari-cari korban selanjutnya. Namun, jika orang itu bukan anda, maka lebih baik anda mulai menata lagi kehidupan anda. Lupakan kaya mendadak dan mulailah belajar atau bertanya kepada orang yang lebih paham tentang masalah seperti ini jika suatu hari anda kembali didatangi seorang filantropis yang ingin berbagi kekayaan kepada anda. Percayakah anda bahwa orang seperti itu ada? Solok, 5 Oktober 2012




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline