Sore ini saya membaca artikel di Kompas.com. Judulnya membuat saya tersenyum geli, apalagi isinya. Kali ini menurut saya Kompas sudah terlalu berlebihan untuk menjadi pemihak Jokowi. Dulu kala Jokowi dicalonkan, diberitakan bahwa dampak dari pencalonan itu adalah penguatan rupiah dan indeks.
Tapi setelah dua kali efek Jokowi ini dikaitkan dengan pasar modal, saya tidak tahan untuk tertawa.
Di dalam mata kuliah Pasar Modal 101 atau mata kuliah paling dasar, kami diberitahu bahwa harga saham HANYA berubah JIKA dan HANYA JIKA pasar mencerap atau mempersepsi (perceived) bahwa sebuah berita memiliki kandungan informasi dan bahwa informasi tersebut akan mengarah pada perubahan aliran kas perusahaan di masa depan.
Contoh paling gampang begini. Jika perusahaan mengumumkan kenaikan laba perusahaan sebesar 10% lebih tinggi daripada tahun sebelumnya, maka pasar mempersepsi bahwa aliran kas perusahaan juga menaik kurang-lebih 10% juga. Logikanya jika aliran kas perusahaan juga menaik, maka dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham juga akan menaik. Dengan persepsi ini, maka pelaku pasar mencerap bahwa prospek perusahaan baik. Selanjutnya bisa kita tebak bahwa pelaku pasar akan membeli saham tersebut dan harga saham menaik.
Saya tekankan poin penting di sini: informasi yang diterima pasar mesti dipersepsi memiliki pengaruh pada aliran kas di masa depan. TITIK.
Muncul pertanyaan, informasi apa sajakah yang akan merubah harga saham sebuah perusahaan?
Sangat banyak. Yang paling dekat adalah informasi keuangan perusahaan yang dicerminkan di dalam laporan keuangan perusahaan. Butir-butir laporan keuangan yang bisa merubah harga saham juga banyak dan beragam. Informasi laba hanya salah satu. Contoh lain adalah pengumuman dividen, pelepasan aset (misalnya ada unit bisnis yang harus dilikuidasi dan signifikan bagi operasi perusahaan), rasio hutang jangka panjang, kegagalan pembayaran hutang, dan masih banyak yang lain.
Apakah informasi non-akuntansi bisa memiliki pengaruh terhadap harga saham?
Tentu saja bisa. Misalnya, informasi merger atau pemisahan dua perusahaan. Pengunduran diri CEO atau pemecatan kantor akuntan publik juga bisa memiliki pengaruh positif maupun negatif.
Merger atau pemisahan diri dianggap akan mempengaruhi aliran kas perusahaan melalui penguasaan pangsa pasar atau efisiensi. Pemecatan kantor akuntan publik bisa memberi impresi bahwa perusahaan memecat "pengawas yang baik" sehingga laporan keuangan tidak lagi bisa dipercayai kegunaannya.
Intinya semuanya berhubungan dengan aliran kas perusahaan.
Apakah ada informasi yang tidak berkaitan dengan aliran kas yang bisa mempengaruhi harga saham?
Nah, di dunia akuntansi, terutama di AS dikenal dengan efek Brillof--Abraham Brillof. Brillof adalah seorang profesor akuntansi yang sangat menekankan pada nilai-nilai luhur, etika praktik akuntansi. Pernyataan-pernyataannya di masa hidupnya diketahui memiliki dampak terhadap harga saham perusahaan, terutama dampak negatif.
Mengapa bisa? Apakah pernyataan Brillof memiliki konsekuensi ekonomis atau aliran kas?
Sama-sekali tidak. Dia dihormati karena integritasnya dan karena itulah maka ia bisa mempengaruhi harga saham. Saya kutip sebuah artikel tentang efeknya tersebut:
The stock market paid attention to the writings of Professor Briloff. His words would affect a stock price significantly, both in its negative direction and in its magnitude, often falling around 10 percent the day of publication. No other author has had such influence on corporate stock prices; indeed, nobody even comes close to his impact.
Adakah faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi harga saham selain dari faktor-faktor di atas?