Lihat ke Halaman Asli

Golden Sunrise dan Pesona Gunung Prau yang Jempolan

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gunung Prau adalah gunung yang terletak di kawasan dataran tinggi Dieng, Wonosobo. Gunung yang mempunyai ketinggian 2565 mdpl ini mempunyai daya tarik tersendiri karena keindahan dan golden sunrisenya yang mengangumkan. Apalagi dari puncak gunung ini, para pendaki bisa berfoto dengan background Gunung Sumbing dan Sindoro. Gunung Prau juga sering disebut puncak seribu bukit, karena di puncak Gunung Prau terdapat puncak-puncak yang menyerupai bukit teletubbies.

Gunung Prau bisa tergolong gunung yang mudah untuk didaki bagi pemula, jika dibandigkan dengan gunung lainnya yang ada di Jawa Tengah lainnya, seperti Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Merbabu dll. Walaupun begitu, gunung ini tidak bisa dianggap remeh, karena medan track Gunung Prau yang cukup curam. Bisa diasumsikan bahwa medan Gunung Prau tak kalah dengan Gunug Merbabu yang terkenal dengan tanjakan setannya.

Gunung Prau memiliki 3 basecamp untuk transit para pendaki. Salah satunya adalah basecamp Patak Banteng. Patak Banteng sendiri merupakan basecamp yang banyak dipilih oleh para pendaki, karena letaknya yang strategis dan lebih dekat dengan puncak Gunug Prau. Disebelah basecamp Patak Banteng, terdapat penyewaan alat pendakian, seperti dome, matras, sleeping bag, nesting bahkan senter juga ada. Bagi para pendaki yang belum lengkap peralatannya bisa menyewa di basecamp tersebut. Karena savety dalam mendaki itu sangat penting. Apalagi jika peralatan yang memadai akan menunjang keselamatan dan kenyamanan dalam mendaki.

Gunung Prau memiliki lima posko pendakian. Masing-masing posko terdapat tanda yang memudahkan pendaki mengetahui seberapa jauh posko yang telah dilewatinya. Sebelum sampai di basecamp Patak Banteng, para pendaki akan melewati desa setempat terlebih dahulu. Disana para pendaki harus bersikap sopan dan menjaga etika dengan penduduk setempat. Selanjutnya, para pendaki akan melewati jalan berbatu. Jalan bebatuan yang dilewati sudah tersusun rapi sehingga memudahkan para pendaki. Para pendaki harus pandai mengatur nafas dan stamina pada saat melewati jalur bebatuan ini. Track selanjutnya yaitu jalan tanah yang berbatu. Di rute ini, banyak tanjakan yang cukup terjal dan melelahkan. Seperti pada jalan bebatuan tadi, para pendaki harus mengatur nafas dan pola minum. Karena nantinya pada waktu di puncak tidak ada sumber mata air. Disarankan bagi pendaki untuk bisa mengatur persediaan air yang dibawa, sehingga persediaan air cukup pada saat mendaki dan turun ke bawah.

Biasanya jika para pendaki mengambil waktu pada akhir pekan, nantinya akan berjumpa dengan banyak pendaki dari luar kota. Bisa saja mendaki sambil antri karena saking banyaknya pendaki pada waktu itu yang banyak mengambil waktu weekend. Karena di akhir pekan merupakan puncak ramainya Gunung Prau.

Setelah melalui rute yang banyak menguras tenaga, para pendaki akan dimanjakan oleh puncak Gunung Prau yang keren. Apalagi Gunung Prau terkenal dengan golden sunrisenya. Tentunya merupakan kebanggaan tersendiri bisa menapaki puncak Gunung Prau.

Kenapa disebut golden sunrise? Karena sunrise Gunung Prau berbeda dengan yang lain. Warnanya yang keemasan, membuat para pendaki berlomba-lomba mengabadikan moment tersebut. Tidak hanya itu, selain adanya golden sunrise yang keren. Di puncak Gunung Prau juga terlihat gunung tetangga seperti Gunung Sumbing dan Sindoro, yang telah kita singgung sebelumnya. Kedua Gunung tersebut terletak lumayan dekat dengan Gunung Prau. Pantas jika terlihat jelas keindahannya.

Setelah puas dengan golden sunrise dan pesona gunung lainnya, pendaki bisa turun lewat opsi jalur yang berbeda. Di jalur ini dari ketinggian gunung, kita bisa melihat Danau Telaga Warna yang ada di Dieng. Jika turun gunung, jangan lupa sampah yang kita bawa keatas harus kita bawa turun juga, supaya ekosistem dan keindahan gunung tidak memudar. Salam lestari!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline