Lihat ke Halaman Asli

Motivasi untuk Peningkatan Kinerja

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(100motivasi.wordpress.com)

Kurangnya motivasi adalah penyebab utama penurunan kinerja. -Reza Wahyu

Beberapa perusahaan memiliki prosedur kerja yang sudah terarah dan tidak begitu sulit untuk diikuti. Jika para karyawan menjalankan tugasnya dengan benar sesuai arahan manajemen dan instruksi atasan, seharusnya bisa menghasilkan kinerja yang baik.

Masalahnya, banyak karyawan yang merasakan kekurangan semangat atau motivasi dan kinerjanya menjadi kurang bagus. Mereka menjadi bermalas-malasan dan suka menunda-nunda. Potensi kemampuan yang ada tidak digunakan dengan sepenuh daya dan upaya.

Jika saja karyawan bisa bekerja dengan tingkat motivasi yang tinggi, perusahaan akan diuntungkan berkat produktivitas hasil kinerja yang meningkat. Karyawan yang rajin bekerja dan termotivasi tinggi akan memberikan kontribusi yang terbaik untuk perusahaan.

Walaupun begitu, manusia bukan robot. Sikap perbuatan dari sang karyawan tidak bisa diprogram dan berperilaku konsisten. Segala tindakannya terpengaruh oleh suasana batinnya tidak hanya kondisi fisik. Ilmu pengetahuan yang berwawasan batiniah disebut ilmu psikologi.

Para peneliti dalam dunia psikologi telah lama mempelajari teknik-teknik yang bisa mempengaruhi perilaku. Seperti pengkondisian dengan imbalan dan hukuman. Metode pengendalian perilaku yang umum adalah dengan insentif yang positif/negatif yang telah dianalisis, ukur dan diuji secara ilmiah.

Hasilnya adalah, gaji dan sanksi tidak cukup untuk meningkatkan dan mempertahankan motivasi kerja karyawan. Menurut teori motivasi Herzberg, bayaran seperti upah serta fasilitas lainnya dibutuhkan agar karyawan tidak mengalami ketidakpuasan. Sedangkan untuk mengobarkan motivasi secara maksimal dibutuhkan lebih dari sekedar uang.

Lalu perusahaan-perusahaan mulai memanggil para motivator untuk meningkatkan semangat kerja dan mengajarkan teknik-teknik yang bisa memompa motivasi. Sayangnya, banyak teknik yang berdampak sementara karena hanya mengandalkan pemanfaatan emosi belaka. Baca tentang motivator yang merugikan, yang kurang tepat dan yang pas untuk perusahaan disini, disini, dan disini.

Seminggu setelah seminar motivasi, banyak karyawan yang kembali lesu dan malas bekerja. Ajaran sang motivator bagai lenyap tak bersisa. Ada juga yang mencoba melakukan jurus-jurus seperti melompat-lompat, berteriak, dan sebagainya sebagai suatu cara memacu respons emosional yang bisa mendorong semangat. Tapi tetap saja, motivasi karyawan tidak bisa terpicu dengan maksimal dan tahan lama.

Dan manajemen kembali ke pola lama, mengiming-imingi dengan bonus atau menakut-nakuti dengan ancaman. Efektif hanya dalam jangka pendek, misalnya pada kasus bos yang sering marah-marah, lam-kelamaan para bawahannya akan terbiasa dan level motivasinya tidak terlalu kena pengaruh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline