Era digitalisasi masa sekarang dianggap sebagai peluang untuk kebangkitan ekonomi kreatif. Buktinya? Sebagian besar jualan di media sosial hanyalah bermodalkan gambar dan fotografi barang. Bisa dihitung beribu bahkan ratusan ribu start up bisnis bermunculan di saat boomingnya media sosial melalui gadget kita. Yang menjadi pertanyaan siapa mereka yang menggiatkan bisnis online tersebut.
Sebut saja Santi (bukan nama sebenarnya), mencoba membuka jualan online dengan menjajakan makanan khas Palembang melalui Facebook. Ketika pertama kali buka lapak onlinenya, Santi dengan semangat mencoba mempelajari alur pemasaran melalui media online. Secara prinsip pemasaran online dan offline mempunyai kesamaan, seperti jujur, ramah, menarik, mampu mengkomunikasikan produknya dengan baik dll.
Setelah berjalan dua tahun, banyak manfaat yang dirasakan oleh Santi berjualan melalui media online. Dia tidak perlu bersusah payah mencari calon pembeli karena mereka sudah ada di pertemanan Facebooknya yang berjumlah hampir 4.500 orang. Dan yang membuat Santi menyukai bisnis ini adalah biaya untuk memasarkan produk yang sangat murah; cukup dengan menjepret produknya kemudian membuat kata-kata menarik dan share di dinding Facebooknya itulah pemasaran online.
Dengan adanya kemajuan teknologi informasi pada saat ini, orang-orang kreatif akan melihat adanya peluang untuk mengembangkan bakat sekaligus peluang ekonomi. Banyak anak muda Indonesia belajar untuk memanfaatkan media sosial untuk pemberdayaan ekonomi. Bagi mereka media sosial bukan hanya untuk mengekspresikan identitas pribadi, tapi juga bagi implementasi kreatifitas di zaman modern serta pemberdayaan ekonomi.
Memang ada perbedaaan mendasar di masa online (digitalisasi) dan masa konvensional (offline). Yang paling prinsip adalah kemudahan dan kenyamanan. Ketika seorang pebisnis hanya bermodalkan sebuah benda kecil bernama gadget untuk memulai usaha baru, ketika itulah pemuda kreatif tergerak untuk memanfaatkannya untuk memperoleh peluang ekonomi. Pemuda yang kreatif akan melihat sisi manfaat sebuah benda, sehingga dia akan mempelajari metode dasar pemanfaatanya, dan mengikuti aturan yang tidak tertulis di dalamnya.
Jiwa kreatif anak muda yang sifatnya liar dan siap untuk diledakkan, akan menemukan salurannya pada saat munculnya media sosial online. Secara serta merta banyak orang muda berkumpul di media sosial untuk membagikan ataupun mengekspresikan jati diri mereka melalui gambar, tulisan, film, bahkan data-data. Yang menarik dari semua itu adalah kemasannya yang kreatif, sehingga membuat orang tertarik untuk menyukai, memberikan komentar ataupun membagikannya kepada orang lain.
Kreativitas yang bertemu dengan pemberdayaan ekonomi akan menghasilkan format baru perekonomian masyarakat. Para pemuda yang melakukan transaksi barang ataupun non barang secara online, telah mampu memunculkan potensi dirinya di dalam kemajuan ilmu pengetahuan. Mereka yang bergerak di bisnis online biasanya berusaha untuk meng-update kapasitas dan kapabilitasnya agar mampu berdasaptasi dengan setiap perubahan di bisnis online.
Jadi adanya kombinasi antara jiwa kreativitas, kemampuan intelektual, dan kemandirian pribadi; Telah menjadikan seorang anak muda memanfaatkan momentum maraknya media online untuk pemberdayaan ekonomi. Mereka tidak hanya piawai di dalam ber-komunikasi, tapi juga mempunyai kemampuan analisa di dalam berbisnis, dan yang terpenting adalah kreatif yang terframe oleh aturan umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H