Membaca dan menulis adalah dua aktivitas yang paling sering kita lakukan sehari-hari. membaca koran, membaca buku pelajaran, membaca running teks di televisi adalah beberapa contoh kebiasan membaca setiap hari. Begitupun dengan menulis, sangat sering juga kita lakukan, mulai dari menulis daftar belanjaan, menulis/mengetik sms, membuat status di FB/WA/twitter semua itu merupakan rutinitas yang sangat sering dilakukan hampir semua orang.
Tanpa kita sadari ada perbedaan yang sangat prinsip bagi kita apabila memposisikan diri sebagai Reader "pembaca" ataupun writer "penulis". Saya akan memberikan illustrasi perbedaan keduanya dengan mengambil sample "Fina dan Febri" (hanya nama rekaan). Fina adalah gadis yang sangat suka membaca novel-novel Indonesia dengan berbagai macam genre, kemudian Febri yang masih sekolah suka membaca sekaligus menulis walaupun tulisannya tidak selalu berkaitan dengan apa yang sedang dia baca.
Di dalam kesehariannya, tampaknya kedua orang tersebut tidaklah jauh berbeda. Tapi apa yang terjadi dengan Febri, dia termasuk anak yang unggul di sekolahnya bahkan bisa menembus perguruan tinggi ternama. Sedangkan Fina masih harus berjuang dengan mengingat ilmunya kembali walaupun sudah sering dia baca ilmu-ilmu tersebut.
Sekarang mari kita bedah perbedaan antara Fina (pembaca) dan Febri (penulis):
1. Menulis lebih bersifat aktivitas aktif dibandingkan membaca
Febri yang suka membaca sekaligus menulis, telah mampu menjadi seorang pembelajar aktif. Setelah dia membaca, dan barengi dengan aktivitas menulis, menjadikan Febri harus menangkap apa yang dibacanya kemudian baru bisa diterjemahkan dalam bentuk tulisan. Sehingga biasanya seorang penulis mempunyai target atas apa yang dibacanya, yaitu mengerti dan "mengalih-bahasakan" apa yang dibaca versi pola pikir si penulis.
Kalaulah Fina hanya konsentrasi dalam membaca, ilmu yang diperoleh lebih cenderung secara passive. Pembaca seperti Fina ini, biasanya hanya menerima apa saja yang telah tertulis di dalam buku yang dibacanya, tanpa menambahkan pola pikir si pembaca. Pembaca lebih dominan sebagai penikmat; sama seperti kopi yang disajikan oleh seorang "coffee maker", kopinya akan diminum oleh si pemesan kopi.
2. Ilmu penulis akan lebih lama dan komprehensif
Sang penulis biasanya mempunyai ilmu yang lebih luas dari pembaca. Kok bisa? Iya memang bisa, karena si penulis akan mengakumulasi ilmunya dengan diikat melalui tulisan. Mari kita hitung dengan persentase matematis, si penulis biasanya mampu mengingat lebih dari 30 persen atas apa yang dibacanya, sedangkan pembaca hanya kisaran sepuluh hingga dua puluh persen saja. Sehingga ilmu si penulis akan lebih banyak dan tahan lebih lama.
Kebiasaan penulis menangkap ide dari apa yang dibacanya, sedangkan pembaca biasanya lebih menangkap detail dari bacaan. Kalau menangkap ide, artinya si penulis mendapat point berfikir untuk dikembangkan, sehingga lebih banyak ilmu yang diserap dari bacaan.
Sedangkan pembaca memperhatikan atas hal-hal yang detail di buku guna diingatnya. Kalau demikian tidak akan terlalu lama ilmu yang baru tersebut akan hilang karena masuknya informasi atau ilmu yang baru.