Lihat ke Halaman Asli

Siapa yang Mengenggam Masa Depan?

Diperbarui: 30 Juni 2016   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasar bebas Asean (Asean Economic Community) ditandai dengan bebasnya memperjual belikan produk jadi di negara ASEAN. Selain daripada itu, investasi dan SDM bisa dengan mudah berpindah di antara negara ASEAN. Bagi negara besar seperti Indonesia, peluang yang diciptakan oleh AEC menjadi suatu tantangan jangka panjang untuk generasi muda kita. Saya mengatakan tantangan karena kalau pemuda/pemudi Indonesia hanya mengandalkan kemampuan akademis, maka dapatlah dipastikan sistem pendidikan kita tertinggal jauh dari negara lain seperti Singapore, Malaysia dan Thailand. 

Guna menjadi SDM yang compatiible untuk  di-hire oleh perusahaan-perusahaan ternama di wilayah ASEAN, maka lulusan universitas harus mempunyai skill tambahan sekaligus pengalaman yang berkaitan globalisasi. Sebagaimana diketahui pada saat ini kekuatan jejaring sosial ataupun komunitas sudah menjadi lumrah, sehingga tidaklah cukup kalau mahasiswa hanya mengandalkan kuliah dan mempeoleh nilai yang bagus.

Kalau di tahun 90-an, lulusan universitas ternama di Indonesia seperti UI, ITB dan UGM dengan sangat mudahnya memperoleh pekerjaan di perusahaan kelas dunia yang beroperasi di Indonesia, seperti City Bank. Dan pada saat sekarang ini, ketika lulusan dari NUS, NTU, Universitas Technology  Malaysia, ataupun Mahidol University bisa ikut bersaing dengan lulusan dalam negeri menjadikan kompetisi menjadi sangat tinggi di dalam mencari pekerjaan.

Tapi, tidak perlulah kuatir yang berlebihan dalam ketakutan. Para pemuda Indonesia harus mengatur strategi agar bisa sukses di dalam mennghadapi tantangan global. Hal yang pertama untuk dikuasai adalah Media Sosial. Kita sudah sangat familiar dengan media sosial seperti Facebook, Twitter, Blog dan lainnya. Media-media tersebut bisa melejitkan seseorang hingga akhirnya tumbuh di atas rata-rata kelompoknya. Melalui media Blog, seorang pemuda akan belajar bagaimana memasarkan tulisan atau produk lainnya kepada orang lain; pun juga twitter dan FB bisa membangun brand seseorang. Sering kita melihat orang mengatakan kata-kata yang tidak pantas di public space FB, kalau sudah tidak mengerti etika bermedia sosial bagaimana kita akan mudah diterima kelompok lain dalam jaringan yang luas.

Seharusnya para  pemuda bisa membaca akan perkembangan global yang mengarah kepada borderless, di dalam artian dia mencoba mencari  peluang sesuai dengan potensi dan bakat yang dimiliki. Dengan cara seperti itu pemuda Indonesia yang lulus dari universitas tidak hanya matang keilmuannya tapi juga kaya dengan pengalaman dalam menaklukan digitalisasi tanpa batas ini.

Perubahan dimanapun pada saat sangatlah cepat. Sehingga pemuda yang ingin meraih kesuksesan masa depan harus bisa meng-update dengan berbagai macam informasi. Kerangka fikir analisis media harus menjadi screening yang automatically bekerja di dalam diri seorang pemuda sukses. Kita jangan menjadi seperti anak balita, yang disuap apapun oleh orang dewasa akan ditelan. Kalaulah seperti itu, maka bahaya mengintai jiwa kita. Sehingga kombinasi antara kecerdasan berfikir dan keterampilan bertanya atas semua informasi yang datang, akan membuat generasi penerus yang selalu waspada sekaligus mencari celah peluang masa depan.

Adanya istilah "No Lunch Free" di dalam dunia bisnis bisalah untuk dijadikan milestone generasi muda. Maksudnya seorang pemuda harus mau bekerja keras dan cerdas untuk dirinya sendiri. Dorongan dari dalam diri ini akan lebih sustain dan mandiri apabila dilakukan dengan kesadaran si pemuda. Bandingkan di kota-kota besar, banyak kita dengar kasus genk motor, yang jelas-jelas mencoreng nama baik pemuda. Kalau kita sudah satu kali terjerembab ke lubang yang dalam sudah sangat sulit untuk bangkit, kecuali adanya kuasa Ilahi untuk kita di masa mendatang.

Akhirnya saya menyarankan kepada generasi muda, jadikan perkembangan sosial media pada saat ini sebagai media belajar membentuk karakter positif tanpa ada unsur unjuk property yang ujungnya menimbulkan riya' dan sombong. 

Palembang, 30 Juni 2016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline