Jam menusuk pergelangan tangan tanpa ampun, detak nya bergumam dalam kepala, menafsirkan makna kehidupan. Aku sadar betul bahwasannya detiknya semakin mengikis, semakin mencoba melepaskan tautannya dan debu pun bertebaran di sana. Menandakan tak ada satupun yang akan tinggal, ya..
Tak ada, hanya asa saja yang lewat bertegur sapa, walau sering kan tak dihiraukan. "Aku sudah bisa berdiri tegak" katanya sambil mengerutkan dahi. Baiklah ku akui kau memang hebat, hanya saja kau lupa sedang siapa kau berbicara. "Pelan-pelan saja" katanya. "Aku tahu kau sangat takut ketinggian, bukan?" jawabku.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI