[/caption]
Saat bekerja di perusahaan lain lebih dari 20 tahun, saya memiliki cita-cita bila suatu saat nanti saya punya perusahaan sendiri, saya ingin membuat suasana kerja yang menyenangkan. Hubungan antar staf dijalin dengan penuh kekeluargaan, komunikasi lebih banyak dalam bentuk informal, waktu bekerja dibuat se “flexy time” mungkin, semua orang bisa bekerja secara “mobile & remote”.
Tiba saatnya saya benar-benar membuka usaha sendiri, maka sayapun mewujudkan impian lama saya. Kami bertemu secara lengkap hanya di hari Senin, selebihnya hanya staf admin saja yang paling sering bekerja di kantor kami, sementara tim yang berhubungan langsung dengan klien memiliki “flexy time, mobile, & remote work” yang lebih leluasa. Kami siapkan sistem untuk membantu kelancaran bekerja. Setelah meeting di hari Senin, kami lunch bareng dan ngobrol di satu meja besar di boardroom dalam suasana warung kopi banget. Mau minum ngopi tinggal bikin sendiri di pantry, kalau lapar lagi, tinggal call Pizza Hut Delivery atau suruh office boy belanja.
Namun, belajar dari pengalaman sebelumnya, saya menyadari penuh bahwa kita tidak bisa larut dalam nikmatnya suasana warung kopi di kantor. Tidak akan ada maknanya hubungan baik antar anggota tim bila tidak melakukan penyelarasan (alignment) secara disiplin terhadap prioritas perusahaan yang telah disepakati bersama.
Memastikan semua anggota tim bergerak selaras dengan strategi, misi, dan nilai-nilai perusahaan adalah “menu utama (main course)” yang wajib dilaksanakan walaupun bukan berarti setiap hari kita harus berteriak ke telinga mereka. Membuat semua anggota tim sadar penuh bahwa alignment merupakan syarat untuk mencapai high performance.
Organisasi telah banyak berinvestasi baik dalam sisi waktu maupun finansial demi bergerak ke arah yang benar. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, kita perlu memastikan agar semua anggota tim bergerak mendayung perahu besar bernama organisasi secara sinkron, ke arah yang sama, dengan kekuatan penuh, untuk mencapai tujuan bersama.
Tidak ada penyelarasan dapat menjadi pembunuh tersembunyi (silent killer) terhadap engagement yang sering kali dipandang sebelah mata karena :
1. Definisi tentang engagement yang terlalu berat memberikan perhatian pada “satisfaction”, bahkan sering tidak memperhatikan sisi penting lainnya yaitu “contribution” yang diwujudkan dalam bentuk kinerja (performance).
2. Banyak pemimpin berasumsi bahwa alignment sudah otomatis muncul karena mereka merasa bahwa di level pemimpin seharusnya sudah paham tentang strategi dan cara meningkatkan kinerja. Sungguh sangat berbahaya asumsi ini, para pemimpin menganggap bahwa alignment merupakan sesuatu yang mudah dan otomatis akan terjadi. Padahal kontribusi maksimum dari karyawan hanya bisa terjadi bila mereka memahami dengan jelas tentang definisi sukses versi organisasi, cara-cara mereka menyesuaikan diri, dan apa yang perlu mereka kerjakan setiap hari untuk mencapai tujuan organisasi.
David Norton, mantan group chairman, Johnson & Johnson berbagi pengalaman : “Kinerja saya tidak berbeda dengan karyawan lain pada umumnya. Namun saat saya paham tentang apa yang diperlukan oleh organisasi, mengapa mereka melakukan suatu tindakan, dan menemukan bagaimana saya berperan di dalam organisasi, maka saya menjadi berbeda dan sangat engaged”.