Lihat ke Halaman Asli

Zihan Duddin

Yayasan Inageo

Bakteri Penghasil Biohidrogen di Jalur Patahan Palu-Koro

Diperbarui: 7 Agustus 2018   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Faris Peneliti Biologi (Kiri) dan Reper Peneliti Geologi (Kanan) berpose saat melakukan analisis di Lab. Biologi Universitas Tadulako, Palu

Patahan Palu-Koro adalah salah satu patahan/ sesar aktif yang berada di Indonesia, patahan yang memanjang sejauh kurang lebih 500 KM mulai dari Teluk Bone hingga Teluk Palu ini selalu menjadi sesuatu momok yang mengancam bagi masyarakat Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu, Kab. Donggala, Kab. Poso dan Kab. Sigi karena sangat berpotensi menghasilkan Gempa Bumi. 

"Gempa-gempa yang sering terjadi di daerah Palu dan sekitarnya adalah efek dari pergeseran patahan Palu-Koro, bahkan kalau kita lihat data dari BMKG Palu, setiap hari selalu terjadi gempa bumi kecil dengan kekuatan Magnitudo 2-3 atau bahkan lebih." Ujar Reper yang merupakan Peneliti Geologi di Tim Ekspedisi Palu-Koro.

Tetapi dibalik ancamannya, patahan Palu-Koro menyimpan Sumber Daya Alam yang sangat melimpah. Hal ini dinyatakan oleh para peneliti yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Palu-Koro dan diketuai oleh Trinirmalaningrum dari Perkumpulan SKALA. 

"Penelitian ini bermaksud untuk kegiatan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan memperkenalkan keanekaragaman alam dan Budaya di sepanjang jalur patahan Palu-Koro, peniliti yang terdiri dari berbagai macam latar belakang (geologi, sejarah & budaya, ekologi, antropologi & biologi) sudah melakukan pemetaan di sepanjang patahan Palu-Koro beberapa waktu lalu dan menemukan banyak sekali keanekaragaman alam dan budaya, salah satunya adalah Bakteri termofilik penghasil Biohidrogen." Ujar Trinirmalaningrum.

Hidrogen, merupakan bahan bakar ramah lingkungan yang saat ini menjadi salah satu primadona riset energi baru terbarukan karena hasil pembuangannya bukan gas, melainkan uap air. "Energi yang dihasilkan 2,7 kali lipat lebih besar daripada biofuel. Energi yang cukup menjanjikan sekali untuk diterapkan di Indonesia sebagai solusi krisis energi, Jepang dan Amerika sudah menggunakannya sebagai bahan bakar kendaraan dan pembangun listrik industri," ujar Faris yang merupakan Peneliti Biologi di Tim Ekspedisi Palu-Koro.

Awalnya Bakteri ini sudah pernah ditemukan oleh Faris di sumber mata air panas Bora, tetapi ternyata bakteri tersebut juga terdapat di mata air panas daerah Kulawi dan Gimpu yang merupakan produk dari pergeseran lempeng bumi dari Patahan Palu-Koro.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline