Lihat ke Halaman Asli

Bloor

TERVERIFIKASI

Masih dalam tahap mencoba menulis

Gejolak di Bumi Pati: Antara Safin, PSG, dan Persipa

Diperbarui: 17 Desember 2021   18:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rombongan para pembesar Ahha PS Pati FC/PSG Pati (Dokumentasi PSG Pati)

Ketika seorang pesohor Youtube mengajak seorang temannya yang pemilik toko handphone mengakuisisi tim asal Pati ini, sontak se-Indonesia guncang. Ya, mereka adalah Atta Halilintar dan Putra Siregar yang terkenal suka menyantuni para penggemarnya lewat istilah giveaway. 

Masuknya Atta dan PS bisa dibilang termasuk gelombang masuknya para investor-investor yang rata-rata masih muda dan pesohor di awal kompetisi tahun ini.

Sebelum menjatuhkan pilihan ke PSG Pati Atta sempat mendekati Sriwijaya FC yang hanya berujung negosiasi saja. Kabarnya klub yang dulu bernama Persijatim itu menolak memberi kendali penuh SFC meski mayoritas sahamnya ditawar Atta. Sedangkan di PSG meski tim ini baru saja pindah dari Gresik setelah diboyong Saiful Arifin, wakil bupati Pati rela berbagi kuasa ke Atta dan PS.

Segera saja setelah bergabungnya mereka berdua sambil mengorek kesempatan mengubah nama (lagi) menjadi Ahha PS Pati, muncullah gelombang haters. Meski satu rombongan dengan Raffi Ahmad, Kaesang hingga Gading Marten, Atta dan PS terbilang telat dalam menaiki perahunya. 

Kesempatan membubuhi label Ahha dan PS pun kandas, nama PSG Pati baru diresmikan di kongres tahun ini dan perlu menunggu hingga kongres tahun depan.

Banyak kalangan yang khawatir PSG Pati hanya akan dijadikan wahana main-main saja oleh keduanya. Taktik mengeruk atensi dengan banyak memberi giveaway pun tak luput dari cibiran. 

Ditambah seringkali PSG Pati bermain dengan kasar para pemainnya dan berujung candaan PSG Pati menguasai sepak bola dan kungfu. Padahal di jajaran manajemen dan kepelatihan sudah bercokol nama-nama tenar macam Ibnu Grahan dan Doni Setiabudi, mantan CEO Bandung Premier League.

Tapi tak ada yang lebih kecewa daripada warga Pati sendiri. Jauh sebelum wakil bupatinya itu memboyong Putra Sinar Giri ke Pati, sudah ada klub tradisional Persipa Pati. 

Sejak awal tindakan Saiful Arifin ini sudah mendapat resistensi dari kalangan suporternya sendiri. Para supporter Persipa khawatir datangnya PSG hanya akan berujung pada merger dan hilangnya Persipa. Hal yang akhirnya tak kejadian dan Saiful Arifin pun mundur dari ketum Persipa demi membesarkan PSG.

Awalnya alasan Saiful Arifin adalah ingin memaksimalkan Safin Pati Football Academy (SPFA) sebab di Liga 2 ada elite pro academy, hal yang tak ada di Persipa yang masih berkubang di Liga 3. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline