Lihat ke Halaman Asli

Bloor

TERVERIFIKASI

Masih dalam tahap mencoba menulis

Chelsea 2012, Aneh tapi Bergelimang Tahta

Diperbarui: 29 Mei 2021   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Chelsea pertama kali mengangkat piala 'Si Kuping Lebar' pada 2012 silam dalam malam yang aneh di Munich. Bacaan singkat ini mungkin akan sedikit mengajak anda mengingat momen prestisius nan aneh itu. Bagaimana tidak aneh, skuad besutan pelatih sementara berkepala plontos itu membenamkan Bayern Munich di kandangnya sendiri dan melengkapi penderitaan FC Hollywood menyabet treble runner-up musim itu. 

Chelsea yang compang-camping berhasil menuntaskan dahaga akan gelar eropa yang sudah didamba Roman Abramovich semenjak pertama membeli klub London biru tersebut. Meski gagal di kesempatan awal ketika kapiten John Terry terpeleset di sekitaran titik putih stadion Luzhniki, gelar tentu terasa sangat manis.

Roberto di Matteo adalah orangnya, ketika mengambil tempat Andre Villas-Boas sudah tertlalu mengecewakan hati sang owner. Meski tercecer di liga domestik, Matteo tahu betul kapasitas dirinya sebagai pengamal taat ajaran filosofi ultra-defensif akan lebih rasional mengalihkan fokus ke kompetisi turnamen. Jika sebelumnya publik dibuat Jose Mourinho mempermalukan filosofi agung tiki-taka Barcelona lewat Inter Milannya, Chelsea asuhan Matteo malah lebih parah dan dicap sedang 'manghancurkan' sepak bola.

Jalan pedang Matteo terbukti memberi hasil yang ia harapkan. Mengangkat Piala FA dan Champions League (UCL) di akhir musim tentu bukan capaian sembarangan apalagi lewat pilihan taktikalnya yang tak lazim. Liverpool yang musim itu masih diperkuat Suarez, Bellamy, Kuyt, bahkan Gerrard dinihilkan di Wembley. Bahkan Chelsea unggul 2-0 lebih dulu lewat Drogba dan Ramires sebelum Carrol memperkecil kedudukan. Usaha-usaha lain Liverpool hanya menemui pelukan hangat Cech atau bahkan menjauhi sasaran.

Chelsea melaju ke final setelah menuntaskan dendam kesumatnya ke Barcelona di semi final, ingat lah nama Tom Henning vreb. Torres yang sudah berubah dari penyerang haus gol yang dipuja publik Merseyside menjadi generator meme dan perlambang penyerang mandul di London tiba-tiba terlihat bak juru selamat berkat golnya di injury time babak kedua. Lihat saja proses golnya yang merupakan ejawantah filosofi Matteo. Hanya Torres sendirian di dekat garis tengah sedang semua berkerumun menahan penetrasi Barcelona yang sedang memburu gol penentu.

Entah kenapa, kesamaan Chelsea-nya Matteo dan Inter-nya Mourinho adalah di sisi sama-sama dimusuhi karena menjungkalkan Barcelona besutan Pep lewat skema defensif. Seringkali diutarakan sebagai sepak bola negatif, padahal Matteo dan Mou sama-sama memberi hasil positif. Chelsea beranjak ke final melawan Bayern yang kandangnya kebetulan menjadi venue final UCL musim 2011-2012. Catatan menunjukkan Roberto di Matteo tetap berteguh pada taktik ultra-defensifnya di final serta mempermalukan publik Bavaria.

Lihat saja catatan statistik laga tersebut, Bayern memborbardir gawang Petr Cech 35 kali dengan 7 kali usaha mengarah ke gawang dan jauh diatas Chelsea dengan hanya total 9 tembakan. Roberto di Matteo yang harus menerima nasib tak bisa memainkan Ivanovic, Terry, Meireles, dan Ramires ditambah masih belum meyakinkannya Malouda. Eksploitivitas sisi kanan Bayern bisa dibilang sangat mematikan, mengingat adanya Arjen Robben dan Philipp Lahm yang sedang jago-jagonya. Jala Cech bisa terkoyak kapan saja. Solusi dari Matteo benar-benar mind blowing, memainkan Ryan Bertrand.

Apalah daya Philipp Lahm ketika dikawal Lord Bertrand (Getty Images Europe/Mike Hewitt)

Alih-alih memainkan Malouda untuk memperkuat lini tengah, Matteo mengutus Bertrand menjalani debut UCLnya di final. Secara di atas kertas, Bertrand mengisi pos gelandang sayap kiri meski tindak lakunya di lapangan adalah bersama Ashley Cole bahu-membahu meredam sisi kiri pertahanan Chelsea dari gempuran Bayern, terutama Robben. Sampai sekarang nama Bertrand selalu tercatat sebagai satu-satunya pemain yang menjalani debut UCL di laga final, suatu keanehan lain. Bagaimana hasilnya?, tentu saja berhasil. Selama 73 menit Bertrand bermain sebelum digantikan Malouda sebab cedera, tak ada gol bersarang di gawang Chelsea dan Robben sendiri seolah kehilangan tajinya.

Keajaiban mungkin adalah faktor pamungkas Matteo di malam aneh itu. Mungkin dia sebelum bertanding memungut daun Semanggi berhelai empat sebelum laga-laga berat. Robben yang sebelumnya sudah kesulitan mengeluarkan performa brilian tiba-tiba mendapat rezeki menendang pinalti setelah Ribery dijatuhkan Drogba. Nahas, tendangannya mudah saja dibaca Cech dan Bayern gagal mengkapitalisasi peluang untuk unggul. Chelsea memaksakan laga menuju babak tos-tosan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline