Saya akui diri ini memang bukan WNI ber KTP Jakarta tapi bukan berarti tidak punya kepentingan di Jakarta. Sebagai orang yang terlahir dengan bapak turunan betawi dan sunda serta ibu asli magelang jawa tengah otomatis saat idul fitri kadangkala menyempatkan diri berkunjung ke sanak saudara di area jabodetabek. Memang benar kalau saya ke jakarta bertepatan dengan libur panjang nasional suasana terasa lengang namun cerita soal lalu lintas jakarta tetap ada saat obrolan keluarga.
Jikalau ada kota yang sekarang sedang menderita, Sangat jelas Jakarta salah satunya. Alasanya, ibukota yang selama ini menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda, Hindia Jepang dan Indonesia harus menerima kenyataan bahwa penduduknya sudah luar biasa padatnya. Sebuah sistem perhubungan umum sudah sangat overpopulasi apalagi banyak yang pakai kendaraan sendiri. Kehadiran ride sharing yang muncul baru-baru ini memang seolah menjadi solusi namun sayang fokus konsep angkutan darat masih menimbulkan kontroversi.
Saya pikir ada beberapa kelemahan mendasar konsep ride sharing angkutan darat. Pertama, masalah hukum yang mengatur bahwa kendaraan angkut yang dikomersilkan harus berplat kuning meskipun pengojek pakai plat hitam sudah bayar pajak kendaraan tetap saja sangat beresiko karena peruntukanya untuk pribadi. Kedua, masalah standar perawatan dan kelayakan kendaraan tidak jelas karena diserahkan pada masing-masing pengendara.Ketiga, perselisihan antara angkutan umum dan online didarat masih rentan menimbulkan gesekan dan konflik ibarat bara dalam sekam. Terakhir, berbagai fasilitas penunjang didaratan masih sangat jauh dari kata layak dan sempurna.
Saya kira sudah seharusnya penyedia ride sharing seperti uber fokus kepada sektor udara atau dirgantara. Ada berbagai macam varian angkutan udara ringan yang mampu mengangkut manusia dalam suatu kawasan secara cepat dan efisien daripada darat seperti balon udara atau helikopter. Tenaga ahli pendukung juga banyak apabila kita amati realita lapangan.
Setiap daerah di pulau jawa pasti mempunyai jumlah sekolah teknik dan penerbangan yang banyak menghasilkan lulusan setiap tahunya. Selain itu, sudah bukan rahasia lagi kalau sistem ride sharing online sedang naik daun dikalangan investor atau pemodal. Terakhir, pemerintah mulai membangun helipot atau semacam hangar pesawat bagi angkutan udara ringan helikopter di bandara yang ada dijakarta seperti Soekarno Hatta sehingga peluang ride sharing udara sangat menjajikan.
Saya optimis ride sharing udara dapat berkembang lebih maju daripada daratan. Realita di lapangan menunjukkan transportasi daratan walau memudahkan aktifitas sehari-hari ibukota tetap mengalami masalah klasik kemacetan. Menurut data yang dikutip dari berbagai media kemacetan menimbulkan kerugian sampai triliunan rupiah setiap harinya.
Apabila ride sharing udara ringan seperti helikopter menjadi fokus perhatian transportasi pasti akan menarik perhatian sebab kemungkinan orang akan memilih jalur udara yang bebas macet lebih besar. Selain itu masalah biaya transportasi udara yang tinggi akan perlahan menurun karena sebagaimana kasus transportasi darat bahwa optimalisasi dari utilisasi teknologi bisa membuat harga terjangkau.
Jadi tunggu apalagi? Saya mengajak semua pihak untuk serius mengembangkan ride sharing dengan transportasi udara ringan seperti helikopter. Kapan lagi bisa bebas macet dan melihat keindahan jakarta dari udara?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H