Gubernur Anies Sandi membuat kebijakan kontroversial dengan menutup Alexis dan membuat data pekerja Alexis terbongkar, secara tidak langsung hal ini membuat pasangan rumah tangga sekaligus pasangan kompasianer Gato dan Pebri berada pada ujung tanduk. Gato tak menyangka sang istri Pebri ternyata nyambi jadi pekerja Alexis, mereka akhirnya memutuskan berpisah.
Perceraian mereka putuskan sebagai solusi terbaik demi ketenangan masing-masing dan anak-anak mereka. Apalagi setelah Gato tahu ternyata selama ini Pebri sudah tidak memiliki cinta untuknya. Sementara ini satu-satunya yang membuat Pebri bertahan dan berperan sebagai istri Gato adalah kelima anak mereka.
Perkara berikutnya yang timbul adalah soal hak asuh anak. Gato dengan keras menginginkan kelima anak mereka hidup bersamanya. Gato juga beralasan bahwa nantinya Pebri akan selalu diijinkan untuk menemui buah hati mereka. Selain itu, Gato menganggap Pebri abai mengurus anak. Buah hati sering ditinggal pergi dengan alasan mencari inspirasi menulis kompasiana dengan wawancara orang-orang sekitar kota yang ternyata kerja di Alexis dan yang jadi sumber reportase tulisanya ialah pelangganya.
Di lain pihak, jiwa keibuan Pebri tidak bisa dipungkiri. Pebri juga bersikeras ingin merawat kelima anak mereka. Argumenya selama ini yang membuat Pebri bertahan sama Gato ya anak, kok. Tak heran, pertengkaran pun datang kembali.
"Mas, aku lho yang mengandung kelima anak ini sembilan bulan. Bertaruh nyawa."
"Dik, kamu kira aku selama ini juga tidak berkorban apa-apa? Aku bertaruh nyawanya malah hampir setiap hari dengan pekerjaan ojek sambil cari tambahan uang nulis di kompasiana."
Konflik mereka tak berujung solusi. Akhirnya mereka sama-sama bersepakat akan menerima apapun hasil keputusan pengadilan nanti soal hak asuh anak-anak mereka.
Gato yang takut akan kalah di persidangan kemudian curhat kepada Iskandar, COO kompasiana yang ikut berperan dalam memberikan data pekerja Alexis kepada Gato untuk dijadikan bahan penulisan kompasiana. Gato mengajak Iskandar pergi ke sebuah kucingan alias warung kaki lima. Namanya juga laki-laki, apapun perasaan emosi hatinya, kopi tetap jadi solusi.
"Aku khawatir nanti kalah di persidangan dalam memperebutkan hak asuh anak, Mas," kata Gato.
"Yah, itu lumrah. Wajar." Jawab Iskandar bijak menenangkan kompasianer Gato.
"Kira-kira nanti aku bisa menang tidak ya Mas?"