Lihat ke Halaman Asli

Ubah Sumpah Pemuda Demi Masa Depan Generasi Muda Millenial

Diperbarui: 30 Oktober 2017   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perayaan Sumpah Pemuda dalam banyak hal sebenarnya adalah ritual rutin tahunan macam ketakutan akan hantu pki kalau menjelang september dan oktober. Ia tidak lagi bisa dimaknai sebagai sebuah  peristiwa sejarah penting saja titik namun ada koma mengikutinya seperti eksploitasi sejarah wage dari jomblo ngenes yang gagal move on dari Siti Sundari pacarnya Yamin menjadi penjahat belanda yang mendapatkan cinta Salamah dalam film wage plus politisasi sumpah pemuda untuk mengembalikan lagu indonesia menjadi 3 stanza. Lebih dari itu sumpah pemuda hanya menjadi ajang sarana kongkow pemuda dengan harapan kesempatan selfie bersama presiden jokowi di istana ataupun gubernur atau bupati di daerah. 

Apa  sebenarnya Sumpah Pemuda itu? Apakah ia benar-benar pertemuan  pemuda  yang mengikat janji dengan 3 kredonya atau hanya sekadar kongkow-kongkow anak muda  biasa yang ditongkrongin sama aparat? Beneran setuju tanah air, bangsa dan bahasa satu? Kok ada suara Indonesia thagut? Kok ada suara tegakan khilafah? Kok ada suara pindah negara? Kok ada suara usir Syiah Ahmadiyah? Kok ada suara bahasa asing bahasa surga? Kok ada suara bahasa asing bahasa internasional? Kok ada pribumi? Kok ada non pribumi? Kok ada Mayoritas? Kok ada Minoritas? Kok ini? Kok itu? Kok nganu?

Yah begitulah faktanya kita ini gemar melupakan sejarah, tapi tidak hobi melupakan harta, tahta, wanita dan pria plus foya-foya.  Sejarah  Sumpah Pemuda dianggap sebagai momen bersatunya orang-orang yang berbeda SARA menjadi satu tanah, bangsa dan bahasa dalam bentuk negara bangsa Indonesia. Ya  ini bisa  saja bohong, bisa saja tidak. Lha gimana, mau ngomong persatuan  kok  tiap ada perbedaan dikit dianggap masalah. Lalu ribut bikin kubu mayoritas-minoritas, pribumi-non pribumi dan bikin kubu orang-orang yang netral lalu saling menyakiti. Memang momen-momen macam viralnya video seks HA sekilas dapat membuat damai sejenak saling mencintai berbagi link lalu habis itu ya ribut lagi. Sekarang juga masih damai sih habis sumpah pemuda upacara selfie lomba deklarasi konser hepi hepi namun siapa jamin kelestarian damai ini?

Untuk itulah, saya kira saat ini kita perlu  kembali mencari kredo sumpah pemuda versi baru. Teks-teks, yang  berbeda, dan yang dekat  dengan realita agar semangat Sumpah Pemuda yang lama,  dalam hal ini semangat  bersatunya para pemuda Indonesia, bisa jadi  relevan dan bisa diterima  publik. Para pemuda kekinian yang bisa  mewarisi semangat Sumpah Pemuda  dan mengaplikasikannya dalam kehidupan  berbangsa dan bernegara.

Ini penting, lho. Mosok tiap Sumpah Pemuda yang diingat hanya sosok pahlawan Yamin dan Wage. Satunya mirip gajah mada dan yang satunya lagi filmnya Wage lagi populer ditanah air. Perihal keikutsertaan pemuda komunis yang katanya tak beragama ateis dan komunis atau peran dedek-dedek gemes alias wanita-wanita idola seperti siti sundari perlahan dilupakan. Detail biografi Wage yang Ahmadiyah atau detail tempat sumpah pemuda yang rumah orang Tionghoa mah bodo amat. 

Jangan-jangan tiap sumpah pemuda yang diingat hanya kesempatan selfie bareng pejabat atau nonton hiburan gratis orang-orang lomba atau artis-artis yang konser diatas panggung. Eh, bentar, itu tadi bukannya kamu juga ikut nonton konser ya Reza? Ya saya juga datang karena kebiasaan bujangan alias jomblo memang senang keramaian apalagi kesempatan bertemu artis idola yah kapan lagi dapat hiburan gratisan ditengah kegalauan.

Ah, intinya saya punya kandidat pengganti sumpah pemuda yang lebih relevan. Tenang saya gak akan nulis khilafah sebab kasihan nanti orang-orang diluar golongan dapat pajak yang lebih besar. Sabar saya juga gak akan nulis kebangkitan kembali kumunis dan PKI sebab kasihan nanti para pedagang dan pengusaha. Kalem saya juga gak akan nyusun kembalinya kerajaan Sriwijaya atau superioritas  ras jawa macam neo nai yang telah melahirkan pemimpin besar macam Hayam Wuruk dan Gajah Mada.

Berikut gagasan saya berdasarkan riset  amatir dan kutipan para profesional. Sumpah pemuda dalam sejarah dan film saja masih kontroversi. Menurut sejarawan JJ Rizal bahwa apa yang disebut sebagai  Sumpah Pemuda di buku sejarah sekolah sebenarnya adalah Putusan Kongres yang diadakan Perhimpunan Pelajar-pelajar  Indonesia (PPPI) saat Kongres pemuda II di gedung Indonesische Clubgebouw, Jakarta, 27-28 Oktober  1928. Menurut sosiolog Sartono Kartodirdjo, Manifesto Politik yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Indonesia (PI) di Belanda pada 1925 jauh lebih  fundamental daripada Sumpah Pemuda 1928. Manifesto Politik 1925 berisi prinsip perjuangan,yakni unity (persatuan), equality  (kesetaraan), dan liberty (kemerdekaan). Sedangkan Sumpah Pemuda hanya menonjolkan persatuan saja. Soal nama Manifesto Politik 1925 gampang bisa kita ganti nama yang kekinian kayak Policy Commitment atau barokah Syahadat Siyasah atau kalau mau nama lain silahkan saja usulkan hehe.

Persatuan

Persatuan adalah wujud ringkas dari sumpah pemuda. Dengan efisiensi satu kata ini bisa berarti banyak hal. Satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa melebur menjadi satu teks singkat padat dan jelas. Selain itu kita juga bisa menambahkan banyak hal seperti spesies bagi pecinta tumbuhan dan binatang ataupun LGBT bagi pecinta gender serta jangan lupakan perkembangan robot yang semakin cerdas sehingga nantinya tak ada perbedaan antara wujud organik dan non organik. Saya kira teks persatuan layak menjadi kredo atau ayat terbaru pengganti sumpah pemuda.

Kesetaraan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline