Lihat ke Halaman Asli

Awas Sakit Mental Belajar dari Teror Las Vegas

Diperbarui: 4 Oktober 2017   06:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ada anggapan umum kalau seseorang datang ke psikolog atau psikiater rentan dianggap 'gila' oleh masyarakat sekitar. Kesehatan mental sangat penting untuk manusia agar dapat menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Penyakit mental dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dapat merusak interaksi atau hubungan dengan orang lain, namun juga dapat menurunkan prestasi di sekolah dan produktivitas kerja. 

Orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk seperti kasus Stephen Paddock yang membunuh banyak orang kemudian membunuh dirinya sendiri yang kemudian dikenang Amerika dan diklaim Teroris ISIS sebagai Teror Las Vegas.

Menurut World Health Organization (WHO), satu dari empat orang di dunia terjangkit gangguan mental atau neurologis dalam beberapa waktu di dalam hidup mereka. Publikasi yang sama menyebutkan sekitar 450 juta orang saat ini menderita gangguan mental, dan hampir 1 juta orang melakukan bunuh diri tiap tahun.

 Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, dikombinasi dengan Data Rutin dari Pusdatin dengan waktu yang disesuaikan, prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia, adalah 1,7 per 1.000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. 

Menurut data Kementerian Kesehatan dengan penduduk sekitar 250 juta jiwa, baru memiliki sekitar 451 psikolog klinis (0,15 per 100.000 penduduk),  773 psikiater (0,32 per 100.000 orang), dan perawat jiwa 6.500 orang (2 per 100.000 orang). Sementara WHO menetapkan standar jumlah tenaga psikolog dan psikiater dengan jumlah penduduk adalah 1:30 ribu orang, atau 0,03 per 100.000 orang. 

Amerika yang merupakan negara nomor satu didunia saja dan sudah memenuhi standar dunia (WHO) saja bisa terjadi kasus teror las vegas. Tentunya pembaca bisa membayangkan apabila kita sebagai masyarakat Indonesia tidak belajar dari las vegas untuk sadar kesehatan mental minimal pada diri sendiri lalu keluarga sekitar.

Secara umum penyakit mental kebanyakan menyerang orang-orang diusia produktif dan remaja serta lingkungan perkotaan. Kehidupan kita sekarang yang dikelilingi teknologi canggih membuat kita semua rentan terkena problem kesehatan mental. Aktivitas sehari-hari yang perlahan tapi pasti mulai teralihkan ke dunia maya melalui gadget dan sosial media serta pekerjaan yang cenderung mulai bisa dikerjakan secara mandiri dengan bantuan teknologi turut menghilangkan ikatan sosial spesies manusia sehingga resiko sakit mental semakin besar. 

Buktinya marilah kita ukur pada diri kita sendiri pada seberapa seringnya kita menyapa dan mengobrol dengan orang lain secara dua arah seperti sekedar menyapa orang-orang dalam perjalanan ke luar rumah atau seberapa kuat chemistry kita dengan orang-orang terdekat serta lingkungan sekitar rumah kita. Hal ini penting untuk kesehatan mental manusia karena memang spesies manusia itu makhluk hidup yang hidup berkelompok seperti mamalia pada umumnya.

Budaya Indonesia yang tertutup kepada penyakit mental dan gangguan jiwa menguatkan stigma negatif kepada para pasien penyakit ini dan calon pasien yang sekedar hanya memeriksa kondisi kesehatanya saja. Apabila ada orang yang terkena penyakit ini cenderung akan dikucilkan oleh masyarakat seperti pemasungan atau pembiaran atau pembuangan sampai menunggu si sakit menimbulkan masalah publik seperti kasus wanita yang suka telanjang di Jakarta beberapa waktu yang lalu. 

Pelayanan kesehatan mental dan gangguan jiwa kepada psikolog atau pskiater terkadang sulit dilalui karena biayanya yang tidak murah, namun saya sudah merangkum beberapa cara yang murah dan bahkan gratis agar kita tak menjadi The Next Stephen Paddock dan Indonesia tak menjadi The Next Las vegas.

Kampus

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline