Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Menolak Manusia Tinggal di Mars?

Diperbarui: 3 Oktober 2017   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Dw.com

Obama menulis, "Kita pernah menjelajahi di setiap planet di tata surya sesuatu yang belum bisa dilakukan bangsa lain." Yang dimaksud Obama bukan manusia yang dikirim ke planet-planet di luar Bumi, melainkan pesawat, mesin  robot dan hewan kelinci percobaan.

Gagasan manusia tinggal di Mars dari dulu sampai sekarang masih jadi topik hangat untuk dibicarakan. Tampak jelas bahwa para pengusaha dan perusahaan teknologi terkini saling bersaing merancang dan mendesain perjalanan. Saya menangkap adanya kejanggalan di sini meski seluruh perusahaan seakan berlomba saling klaim gagasanya paling maju, tidak serta merta membuat mereka saling bekerja sama satu sama lain. 

Luar angkasa kan luas sebaiknya ada kerjasama pendanaan serta anggaran digabung lalu tentukan sasaran tebak  posisi bersama agar tingkat keberhasilan menjadi tinggi. Tampak nyata ada egosime di kalangan pengusaha karena tidak mau berbagi profit maupun kerugian bersama. Masing-masing  mereka masih keras kepala pada pendapatnya sendiri.  

Masih segar ingatan kita pengusaha kaya Rusia lebih memilih membuat negara Asgardia yang katanya akan mengorbit di ruang angkasa sebagai contoh yang sangat mirip film Interstellar dan Passenger. Jangan lupa produk perusahaan tidak selalu sukses walaupun konsepnya bagus kadang teori dan realita bisa berbeda.

Selain itu secara politis gagasan koloni manusia di luar angkasa membuat badan angkasa plat merah milik  negara seperti NASA Amerika dan lainya saling bersaing sama seperti para pengusaha. Kalaupun terjadi kerjasama antara badan angkasa milik negara itu lebih kepada saling mengintip teknologi dan apabila berhasil pun saya ragu akan baik-aik saja ditepat tujuan tanpa pertumpahan darah. Masih  ingat  sejarah kolonisasi dan penjahan orang-orang Eropa ke seluruh dunia. 

Pada masa lalu yang kelam itu terjadi persaingan antara perusahaan dengan perusahaan, negara dengan negara serta negara dengan  perusahaan. Harus diakui keberhasilan sejarah koloni Amerika seperti sekarang memiliki sisi pahit korban nyawa yang tidak sedikit. Dahulu modusnya pun sama dengan iklan ke mars atau keluar angkasa seperti sekarang menjanjikan kehidupan yang lebih  baik namun kenyataanya jauh asap daripada api.

Mengapa saya menolak manusia tinggal di Mars? Ini beberapa alasannya:

1.  Bumi. Bumi secara budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan masih bisa dipakai untuk tempat tinggal manusia. Oke saya akui kini bumi kita menghadapi masalah overpopulasi manusia dan ancaman kerusakan lingkungan. Ada yang perlu dicermati bahwa masih belum terlambat untuk memperbaiki bumi kita untuk anak cucu kedepan dengan disiplin dan aturan ketat. 

Saya sarankan pembaca menonton film dokumenter lingkungan terutama Before The Flood dengan sumber yang kaya referensi dari mulai ilmuwan ahli, ulama atau pendeta, artis sampai politisi macam Obama dan Sekjen PBB. Atau kalau kurang yakin  dengan film silahkan cari jurnal ilmiah lingkungan yang sudah di-peer reviewed. Singkat kata masih banyak alternatif seperti gaya hidup vegetarian dan pengendalian populasi melalui keluarga berencana untuk menjaga keseimbangan  manusia,  hewan, tanaman dan bumi.

2. Manusia. Ini alasan klasik bahwa manusia masih terikat secara budaya dengan bumi serta alam sekitarnya. Sense of belonging atau ikatan dengan orang tua kedua kita yaitu bumi serta lingkungan masih tinggi. Secara sains pun terbukti bahwa manusia sejak dulu berhasil berevolusi atau beradaptasi dengan baik tanpa harus keluar angkasa. 

Jangan lupa dalam sains sedang berkembang dua gagasan besar. Yang pertama mempertahankan manusia atau memindahkan manusia dengan kloning organ dari hewan atau tumbuhan hasil lab seperti babi. Yang kedua memindahkan  manusia kedalam realitas dunia maya seperti gagasan manusia dapat memiliki kesadaran dengan tubuh robot seperti Transformer.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline