Lihat ke Halaman Asli

Oei Tjoe Tat Tionghoa Menteri Indonesia yang Terlupakan Paska Tragedi 1965

Diperbarui: 21 September 2017   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Istimewa

Masih ingat kasus Ahok? demo berjilid-jilid menjegal tokoh tionghoa  dengan dasar sentimen agama, politik dan etnis. Euforia dua pihak yang  bertikai baik pro maupun kontra melupakan satu fakta sejarah penting.  Sebelum Ahok, Indonesia ternyata sudah memiliki tokoh dari etnis  tionghoa yang menduduki jabatan penting dalam pemerintahan.

Salah  satunya Oei Tjoe Tat seorang menteri negara dan menteri keuangan jaman  orde lama era presiden Sukarno. Karir politiknya habis setelah tragedi  1965 dan ketika Presiden Suharto berkuasa terpaksa harus mendekam dalam  penjara. Tidak cukup sampai disitu, seperti banyak pejabat lain yang  dipenjara namanya seolah hilang dari sejarah Indonesia dan bukunya  dilarang beredar oleh Jaksa Agung karena akan meracuni generasi muda.  Hasilnya bisa kita lihat sekarang banyak generasi muda buta sejarah  beranggapan kalau etnis tionghoa tidak akan bisa dapat jabatan penting.

Siapa Oei Tjoe Tat?

Oei  begitu beliau akrab disapa, politikus dari etnis tionghoa beragama  katolik kelahiran Surakarta lahir di 26 April 1922 dan meninggal di Jakarta 26 Mei 1996 pada umur 74 tahun. Pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia  etnis tionghoa secara politik memang terpecah menjadi tiga kubu,  pertama mendukung belanda, kedua mendukung cina, ketiga mendukung  Indonesia.

Oei Tjoe Tat termasuk kubu pendukung Indonesia bersama tokoh hukum Yap Thiam Hiem, tokoh militer Panglima Muda Laut Laksamana Muda  ALRI TNI AL John Lie dan tokoh politik Siauw Giok Tjhan, Go Gien Tjwan, Liem Koen Seng, Oei Poo Djiang yang kemudian berhasil menduduki posisi  pemerintahan baik eksekutif maupun legislatif.

Alumnus Universiteit van Indonesi (sekarang Universitas Indonesia) di Batavia (sekarang Jakarta) bersama  tokoh tionghoa lainya mendirikan Partai Demokrat Tionghoa Indonesia dan  Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia. Tercatat dalam sejarah  etnis Tionghoa tangan dingin para bapak bangsa Indonesia yang terlupakan  ini berhasil menghasilkan kader berbakat seperti Arief Budiman dan Soe  Hok Gie.

Sumber: Istimewa

Pandangan  umum orang awam, etnis tionghoa identik dengan pedagang padahal kalau  melihat sejarah Oei Tjoe Tat dan organisasi yang didirikanya menunjukkan  bahwa tionghoa juga  memiliki peran lain diluar perdagangan.

Universitas Tri Sakti dan Universitas Surabaya ternyata dahulunya  merupakan yayasan pendidikan yang dibentuk etnis Tionghoa bernama Universitas Res Publika.

Sayang paska tragedi  1965 aset politikus dan  pendidik tionghoa diambil alih pemerintah serta etnis Tionghoa hanya  dibatasi profesinya sebatas pedagang saja. Gagasan mengalihkan status Tri Sakti menjadi kampus negeri yang ramai beberapa tahun lalu pun  seperti  hal yang lucu mengingat sejarah etnis tionghoa yang terlupakan  ternyata punya saham lebih dulu dari pemerintah.

Drama sempat  terjadi ketika Sukarno angkat mengangkat beliau menjadi Menteri. "Saya  panggil Mr. Oei untuk diangkat menjadi Menteri yang akan membantu Presiden dan Presidium (Dr. Subandrio, Dr. Leimena, dan Chaerul Saleh).

Bagaimana?" Oei Tjoe Tat menjawab polos, "Mengagetkan, tak perah saya   impikan dan inginkan." Sukarno pun mengangkat Oei jadi menteri diluar  dugaan banyak orang. Media pun sempat ramai memberitakan, wajar  bersamaan dengan itu tokoh-tokoh Tionghoa mulai dapat posisi strategis  lebih banyak seperti John Lie (TNI), Yap  Thia Hie (Hukum).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline