Lihat ke Halaman Asli

Reza Muara

mahasiswa

Apakah akan Selalu Begini? Memang Begitu!

Diperbarui: 15 Mei 2022   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fundamintalisme pertama muncul pada dunia barat khususnya umat kristiani, para pelaku fundamental lebih megedepankan (Bible) untuk mencapai kebenaran, ia agaknya tidak menyukai peradaban modernis, kebanyakan ia Taqlid, dengan taqlid ia bisa menentang seberapa banyak teori teori yang sudah ada sebelum era modern ini lahir tanpa mengedepankan sebuah "otak" untuk memikirkan relevansi aktivitas sehari-hari, kedua kaku, semua pelaku gerakan fundamentalis sangat angkuh dengan ajaran dan dogma-dogma penganutnya, mengingat gerakan ini adalah derakan penentangan terhadap era dan suatu lingkungan koloni yang beragama, contoh saja islam, islam ada dikarenakan dari sebuah tanah hijaz yaitu arab, gaya kultur cara berpakaian dan cara kita berbicara pun di kritik dan alih-alih di perangi, dengan seiring berkembangnya waktu, banyaknya macam model busana dan gaya kultur adat di Indonesia yang semakin maju, gerakan fundamental akan bermunculan satu demi satu untuk menentang gaya hidup kewesternisasian ini, disini kita mengetahui bahwa tidak ada sifat moderat, semuanya kaku dan angkuh terhadap hidupnya, gerakan fundamentalis kini menutup muka dengan kata "salaf" kenapa menutup dengan kata seperti itu, dengan arti kembali, memurnikan Al-Qur'an dan Hadits, ia bersembunyi di balik kata salaf, sehingga masyarakat mempercayai dan menganggap bahwasanya gerakan tersebut ialah gerakan suci, sungguh termaki sekali para salaf di muka bumi ini, juga begitu, ia agaknya sangat mengimplikasikan aturan serta aktivitas tradisional, maklum saja atau bahkan dia hanya sememntara saja? Untuk memerangi sesama muslim yang tidak sejalan ataupun tidak sepaham dengan apa yang di lakukan para aktivis fundamentalisme. Lagi, Pada akhir pemerintahan Suharto, Indonesia mengalami krisis multidimensi yang cukup akut. Bidang ekonomi, sosial, politik dan moral semuanya parah. Oleh karena itu, masyarakat resah dan kepercayaan kepada pemerintah dan sistemnya menghilang. Hal ini dirasakan pula oleh golongan muslim fundamentalis. Dengan demikian, setelah genderang reformasi ditabuh dan kebebasan berkelompok terbuka lebar, mereka keluar dari persembunyian mendirikan kubu-kubu, lalu berteriak mengkampanyekan penerapan syariat sebagai solusi krisis. Dari sini kita mengetahui bahwa dia sebenarnya tidak pada apa yang dia inginkan, melinkan apa yang ia senangi dan berguna bagi kubunya tidak untuk semua Negara di Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline