Lihat ke Halaman Asli

Mitos Presiden Berlatar Belakang Huruf "O",

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia merupan negara berpaham demokrasi yang menganut sistem presidensil. Lebih dari 67 tahun sudah negeara ini merdeka dengan segala kontroversi di dalam pemerintahanannya.

Jika kita amati dari beberapa presiden terdahulu sampai saat ini, ada 3 nama presiden pencetus 3 rezim di negeri ini. Mulai dari rezim orde lama yang di cetuskan oleh Ir.Soekarno dan para pejuang terdahulu, rezim orde baru yang lahir di masa Mayjen.Soeharto selama 32 tahun atau 3 dekade, samapai saat ini rezim reformasi yang di lahirkan oleh Dr.Susilo Bambang Yudhoyono.

Jika di cermati 3 pemimpin ini memiliki cara kepemimpinan yang berbeda-beda namun tetap sama tujuannya,yaitu tetap mempertahankan rezim (masa pemerintahan) yang mereka lahirkan dapat terus eksis dan bertahan pada masanya masing-masing. Jika kita melihat biografi atau catatan dan latar belekang mereka sebelum menjadi seorang presiden,tentu mereka memiliki track record yang sulit di tandingi oleh siapa pun.

Soekarno, yang mampu membawa Indonesia merdeka dan di tetapkan sebagai presiden seumur hidup. Soeharto, yang mampu menumbangkan rezim orde lama dan para koalisinya terutama PKI yang pada saat itu menjadi salah satu kekuatan terbesar di negeri ini pada saat itu. atau SBY, yang mampu menjadi presiden pertama kali yang di pilih oleh rakyat secara langsung lewat proses PEMILU dan bertahan dalam 2 periode berturut-turut, Mereka telah mampu membuktikan kedikdayaannya pada sebuah sistem pemerintahan.

Tapi coba kita ingat, ketika 2 rezim sebelumnya (orde lama dan orde baru) tumbang di tangan rakyat karena kepeimpinan para pemimpinnya, ketika itu cara kepemimpinan mereka di anggap sudah tidak mampu lagi untuk membuat kebijakan yang "pro" rakyat dengan menciptakan stabilitas nasional. Mereka tumbang akibat sebuah kepentingan dan keserakahan akan tahta kepemimpinan yang pada akhirnya membuat mereka di kenang sekaligus di buang dan bahkan di asingkan oleh rakyatnya sendiri.

Lalu,apakah rezim yang sekarang akan memiliki nasib yang sama dengan 2 rezim sebelumnya.? jawabannya,bisa ya bisa tidak. Memang masa samar,namun sebenarnya tanda-tanda untuk mendapatkan jaawaban itu sudah ada, hampir sama sebenarnya tanda-tandanya dengan 2 rezim sebelumnya. Diantara tanda-tanda itu adalah timbul ketidak harmonisan antara para koalisi (para pendukung) pemerintahan, banyak kebijakan yang hanya mementingkan pemikiran sesaat namun tidak memikirkan dampak dari kebikajakan itu sendiri, terjadi konflik di kalangan masyarakat, tingkat kepercayaan masyarakat  terhadap aparat penegak hukum yag semakin hari semakin mengalami penurunan secara drastis, dan masih banyak lagi.

Perbedaannya dulu dengan sekarang adalah, hanya di tingkat cara penyampaian aspirasi atau suara-suara rakyat yang dulu sangat lah tidak terdengar, sementara sekarang mampu menggema di penjuru negeri secara bebas,baik langsung kepada objeknnya atau hanya lewat sebuah media elektronik atau pun cetak.

Jadi, apakah keadaan saat ini yang terjadi merupakan sebuah imbas dari 2 rezim sebelumnya, atau menjadi siklus tahunan dalam setiap periode pemerintahan yang berbeda tetapi arah dan tujuannya tetap sama, sama-sama menindas rakyat.??? jika ingin menjawabnya, memang kita belum dapat memastikan jawaban yang konkretnya.

Tapi ada yang unik, ternyata setelah kita telisik dan perhatikan secara seksama, 3 nama presiden kita yang menciptakan 3 rezim yang berberda di lain sisi mereka memilik kesamaan dalam sebuah nama yang berlatar belakang huruf "O" (Soekarn'O', Soehart'O', dan Susilo Bambang Yudhoyon"O").

Apakah ini sebuah kebetulan semata atau akan menjadi "MITOS" di masyarakat tentang seorang presiden berlatar belakang huruf "O".?? MITOS yang akan berimbas dari mulai cara mereka memimpin, mengelurkan kebijakan sampai cara mereka tumbang atau lengser dapat kita prediksikan.?? Namanya juga mitos, anda bisa percaya bisa juga tidak. Jadi, silahkan anda yang menjawabnya, bukan kah negara kita mampu berdemokrasi yang membuat kebebasaan dalam menyampaikan pendapat dan aspirasi sangat di hargai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline