Lihat ke Halaman Asli

Ketika Cinta Berubah Lelah (Selamat Tinggal Tuhan)

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="372" caption="gambar dari om google"][/caption]

Maaf ki, qu gak ikut ramadhan lagi, qu mulai ragu Allah itu ada,  kayaknya doa qu gak ada yang dikabulin,  qu capek berdoa, selamat ramadhan ya buatmu  dan keluarga ”. Itu jawaban email  singkat seorang teman kepada saya, sebut saja namanya lilies,  saat  saya mengucapkan selamat ramadhan kepadanya  tiga minggu yang lalu melalui email. Blep.., saya  kaget, melongo dan bingung. Di kepala saya penuh tanda tanya, ada apa denganmu lies ?.

Walau saya tahu ini lahan pribadi yang secara saya juga sungkan untuk bertanya,  tapi  rasa penasaran yang tinggi  membuat saya mengirim email lagi  dengan satu pertanyaan : lies  dikau jadi atheis  ?. Keesokan hari email saya dijawab seperti ini :  “ iya ki, sebenarnya  sih sejak nopember tahun lalu qu udah  enggak lagi ngejalanin ritual  agama,  kau kan tahu qu  termasuk taat jalanin  kewajiban agama, tapi  qu berdoa minta yang sederhana aja  gak dikabulin  tuh, dan qu rasa, banyak lho doa qu yang enggak dikabulin, qu jadi ragu dan lama-lama capek,  andai saja tuhan mau mengabulkan doa qu hari  ini  qu akan kembali  mencintainya dan  menjalani  perintahnya.  Ki, kau jangan mikir bahwa kalo qu  atheis qu jadi orang serem, qu sih pake hati nurani aja dan anehnya qu merasa lebih nyaman dalam berusaha dan gak merasa tergantung  kepada siapapun untuk menginginkan apapun.. hahaha..  keluarga qu lama-lama juga ngerti tuh..... btw  gimana kabarmu ? “

Lama saya merenung membaca email lilies. Saya tahu persis  lilies selalu  patuh dalam beribadah dan lahir dari keluarga yang taat kepada agamanya. Beberapa tahun lalu lilies  bagi saya seperti  seorang “teman spiritual” yang  sering punya solusi  saat  saya terperangkap pada masalah,   solusi yang disodorkan juga  bernafas agamis.  Yang saya tangakap Lilies  menjadi atheis karena merasa lelah berdoa namun tidak didengarNya.  Cintanya kepada tuhan yang diaplikasikan dalam ketaatannya melakukan ibadah  telah luntur karena “merasa” doa tidak terjawab. Lilies seperti  “kecewa atau marah”  dan tidak lagi  percaya pada Allah. Ketika cintanya merasa tak dijawab lilies berpaling dan mengucapkan selamat tinggal kepada tuhan.

Sempat saya berfikir  mau  menjawab email lilies lagi  untuk meyakinkannya bahwa  doanya akan terjawab pada saat yang tepat dan indah.  Sempat juga berfikir ingin menyodorkan ayat-ayat dalam kitab suci ,  tapi saya berfikir akh.. lilies  lebih paham dari saya dan saya gak  yakin lilies akan kembali seperti lilies yang dulu hanya karena email saya, dia seperti  sudah nyaman dengan pilihannya. Walaupun kalimat dalam emailnya yang tertulis  “andai saja tuhan mau mengabulkan doa qu hari  ini  qu  akan kembali mencintaiNya dan  menjalani  perintahNya”  buat saya agak mengganggu. Kalau lilies menginginkan hal itu dan dia minta kepada saya untuk membuktikan bahwa tuhan mendengar doanya saat itu juga sehingga  dia tidak jadi atheis maka habislah saya. Jelas saya tidak bisa membuktikan bahwa tuhan itu ada hanya pada hari yang dia minta doanya dikabulkan. Siapa pula saya yang bisa memaksa tuhan untuk memperkenankan doa lilies pada hari atau saat yang dia inginkan hanya agar lilies tetap mencintaiNya. Bukankah Allah tak dibutuh dicintai ?  justru lillis yang seperti  butuh dicintai Allah dan tersinggung saat doa tidak  didengar.

Ya sudahlah lies, itu pilihan hidupmu, selamat menjalani dan tetaplah menjadi sahabatku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline