Lihat ke Halaman Asli

Reza Firnanto

Mahasiswa Akuntansi Universitas Pekalongan

Bak Surga Dunia, Inilah 4 Kawasan Konservasi Alam Terbaik di Pulau Jawa!

Diperbarui: 29 Januari 2021   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: wanaswara.com

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki kawasan hutan yang cukup luas. Keberadaan kawasan hutan ini menjadi aset yang sangat penting bagi negara Indonesia untuk terus dikelola dan dijaga. Pasalnya, kawasan hutan di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Dalam upaya melindungi keanekaragaman hayati tersebut, beberapa kawasan hutan di Indonesia dijadikan sebagai kawasan konservasi alam. 

Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, Indonesia telah memiliki 552 kawasan konservasi alam dengan total luas sekitar 22 juta hektare. Selain itu, Indonesia juga memiliki sekitar 29 juta hektare hutan lindung dan 0,7 juta hektare kawasan ekosistem esensial. Bahkan, sekitar 28 persen dari keseluruhan luas daratan di Indonesia merupakan kawasan yang dilindungi. Kawasan konservasi alam tersebut tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Kawasan konservasi alam ini harus benar-benar dijaga dari berbagai gangguan dan ancaman, seperti tercemar dan terbakar. Hal ini tentu membutuhkan peran aktif dari masyarakat setempat sebagai pelestarinya. Nah, salah satu masyarakat yang sudah dapat merasakan hasilnya adalah masyarakat yang berada di Pulau Jawa. Berikut adalah 4 kawasan hutan di Pulau Jawa yang berhasil diubah menjadi kawasan konservasi alam yang mempesona. Wah, ada yang di daerah Sahabat Alam gak tuh?

Taman Nasional Meru Betiri

Taman Nasional Meru Betiri merupakan kawasan konservasi alam yang memiliki ekosistem asli. TN. Meru Betiri terletak di antara dua kabupaten yang berada di Kecamatan Pesanggaran, yaitu Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember, Jawa Timur. Nama taman nasional ini diambil dari nama sebuah gunung yang berada di dalamnya, yaitu Gunung Meru dan Gunung Betiri. Berdasarkan data sejarah, taman ini ditetapkan sebagai kawasan konservasi alam pada tahun 1931 oleh pemerintah Belanda.

Meru Betiri memiliki keanekaragaman hayati yang cukup melimpah. Bahkan, taman ini disebut sebagai surganya flora dan fauna. TN. Meru Betiri juga memiliki pantai yang sangat mempesona dan hutan hujan yang sangat subur. Di dalam hutan hujan tersebut, masih terdapat banyak tanaman langka, seperti bunga padmosari dan Balanhopora fungosa. Berbagai satwa langka juga hidup dan tinggal di TN. Meru Betiri, seperti musang luwak, bajing terbang ekor merah, dan monyet ekor panjang.

Bahkan, TN. Meru Betiri menjadi saksi bisu matinya spesies harimau  Jawa yang terakhir. Selain itu, TN. Meru Betiru juga dikenal sebagai tempat tinggal yang nyaman bagi para penyu. Berbagai macam penyu langka, seperti penyu hijau, penyu lekang, penyu belimbing, penyu sisik ditangkar di Pantai Sukamade. Hal tersebut menunjukkan bahwa konservasi alam yang dilakukan di TN. Meru Betiri terbilang cukup sukses masih tersimpan dan terlestarikan berbagai macam spesies yang hampir punah.

Taman Nasional Karimun Jawa

Meski letaknya terpisah dari daratan Pulau Jawa, Taman Nasional Karimun Jawa merupakan salah satu kawasan konservasi alam yang masih berada di wilayah administratif Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Nama taman nasional ini diambil dari bahasa jawa, yaitu kremun-kremun soko Jowo yang berarti samar-samar dilihat dari Jawa. TN. Karimun Jawa ditetapkan sebagai kawasan konservasi alam pada tahun 1986. Hal ini berdasarkan dari Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 123/Kpts-II/1986 yang berisi tentang penetapan Karimun Jawa sebagai Cagar Alam Laut.

Karimun Jawa merupakan konservasi laut pertama di Indonesia dengan keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Ekosistem terumbu karang yang luasnya mencapai 713,11 hektare, berhasil melindungi berbagai jenis ikan dan satwa langka di Karimun Jawa, seperti penyu dan burung laut. Selain itu, Karimun Jawa juga memiliki ekosistem mangrove yang sangat luas. Luas ekosistem mangrove yang terletak di Desa Kemujan ini mencapai 10,5 kilometer persegi.

Luasnya ekosistem mangrove ini, tentu menantang Sahabat Alam untuk mencoba menjelajahi pulau kecil dengan mangrove-mangrove di sekelilingnya. Bahkan, berbagai spot menarik telah disiapkan, salah satunya adalah jembatan panjang yang terbuat dari kayu. Jembatan ini menghubungkan beberapa keindahan hutan yang cukup luas, serta terhubung dengan beberapa shelter yang dapat digunakan untuk istirahat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline