Lihat ke Halaman Asli

Esensi Organisasi Mahasiswa yang Terjebak dalam Genggaman Politik

Diperbarui: 23 Agustus 2024   05:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber pribadi

Penulis : Reza Dwi Kurniawan 

Dalam beberapa dekade terakhir, organisasi mahasiswa di Indonesia telah menjadi salah satu pilar penting dalam upaya memperjuangkan hak-hak rakyat, keadilan, dan kesejahteraan bangsa. Namun, saat ini, esensi dari organisasi mahasiswa yang seharusnya independen dan idealis mulai tergerus oleh kepentingan politik praktis. Pengaruh politik dalam organisasi mahasiswa telah merusak reputasi dan efektivitas mereka dalam memperjuangkan kepentingan mahasiswa dan masyarakat umum. Fenomena ini terlihat jelas dari tiga bukti nyata di lapangan yang menunjukkan bagaimana organisasi mahasiswa telah terjebak dalam genggaman politik.

Pertama, kita bisa melihat bagaimana banyak organisasi mahasiswa sekarang menjadi perpanjangan tangan partai politik. Alih-alih menjadi wadah independen yang mengadvokasi kepentingan mahasiswa, beberapa organisasi mahasiswa malah menjadi alat bagi partai politik untuk merekrut kader-kader muda. Mereka diberikan fasilitas, dana, dan kesempatan berkarir di dunia politik dengan imbalan loyalitas kepada partai tersebut. Hal ini menyebabkan organisasi mahasiswa kehilangan jati dirinya sebagai gerakan moral dan independen, dan lebih terlihat sebagai alat politik yang digunakan untuk kepentingan elit.

Kedua, keterlibatan organisasi mahasiswa dalam aksi-aksi demonstrasi yang tidak jelas tujuannya juga menjadi bukti kuat bahwa mereka telah dikooptasi oleh kepentingan politik. Banyak demonstrasi yang awalnya diklaim sebagai gerakan moral untuk kepentingan rakyat, ternyata memiliki agenda tersembunyi yang diarahkan oleh kekuatan politik tertentu. Misalnya, demonstrasi yang terjadi di beberapa kota besar baru-baru ini, yang pada akhirnya lebih terlihat sebagai upaya untuk mendiskreditkan pihak tertentu dan menguntungkan pihak lain, daripada murni memperjuangkan aspirasi rakyat.

Ketiga, semakin banyak pemimpin organisasi mahasiswa yang kemudian beralih menjadi politisi tanpa menunjukkan komitmen yang jelas terhadap perubahan yang pernah mereka perjuangkan saat masih menjadi mahasiswa. Mereka menggunakan organisasi mahasiswa sebagai batu loncatan untuk masuk ke dalam dunia politik, tetapi setelah berada di dalamnya, mereka cenderung melupakan perjuangan yang pernah mereka suarakan. Hal ini memperkuat pandangan bahwa organisasi mahasiswa saat ini tidak lebih dari sekadar alat untuk mencapai ambisi pribadi, daripada menjadi gerakan yang berakar pada idealisme dan kepentingan rakyat.

Di tengah kondisi ini, banyak mahasiswa yang mulai kehilangan kepercayaan terhadap organisasi mahasiswa. Mereka merasa bahwa organisasi yang seharusnya menjadi tempat mereka menyalurkan aspirasi dan memperjuangkan hak-hak mereka, kini telah berubah menjadi arena politik yang penuh intrik dan kepentingan. Hal ini menyebabkan menurunnya partisipasi mahasiswa dalam kegiatan organisasi, karena mereka merasa tidak lagi ada perbedaan antara organisasi mahasiswa dengan partai politik.

Namun, di balik semua ini, masih ada sekelompok kecil organisasi mahasiswa yang tetap mempertahankan independensi dan idealisme mereka. Mereka menolak untuk terlibat dalam permainan politik praktis dan tetap fokus pada perjuangan untuk hak-hak mahasiswa dan keadilan sosial. Organisasi-organisasi ini berusaha untuk membangkitkan kembali semangat mahasiswa sebagai agen perubahan sosial, meskipun harus menghadapi berbagai tekanan dari pihak-pihak yang berkepentingan.

Ironisnya, organisasi-organisasi yang mempertahankan integritas ini justru sering kali terpinggirkan dan kurang mendapatkan dukungan, baik dari mahasiswa maupun dari pihak luar. Mereka harus berjuang lebih keras untuk menjaga eksistensi dan pengaruh mereka di tengah gempuran organisasi-organisasi yang telah dikooptasi oleh kepentingan politik. Namun, mereka percaya bahwa perjuangan mereka adalah demi menjaga esensi sejati dari gerakan mahasiswa yang mandiri dan bermartabat.

Untuk memulihkan kembali kepercayaan mahasiswa terhadap organisasi, diperlukan upaya serius untuk membersihkan organisasi mahasiswa dari pengaruh politik. Mahasiswa sebagai agen perubahan harus kembali kepada prinsip-prinsip dasar organisasi mahasiswa yang bebas dari intervensi politik dan berorientasi pada kepentingan rakyat. Hanya dengan demikian, organisasi mahasiswa bisa kembali menjadi kekuatan moral yang kuat dalam memperjuangkan hak-hak dan keadilan sosial.

Di sisi lain, partai politik juga harus menyadari bahwa menjadikan organisasi mahasiswa sebagai alat politik tidak akan memberikan keuntungan jangka panjang. Sebaliknya, hal ini justru akan merusak reputasi dan kepercayaan publik terhadap dunia politik itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran bersama untuk membiarkan organisasi mahasiswa tumbuh dan berkembang secara independen, tanpa campur tangan politik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline