Teori-teori hubungan internasional, seperti realisme, neorealisme, liberalisme, dan neoliberalisme, merupakan perspektif yang berbeda tentang bagaimana negara-negara berinteraksi di arena internasional. Setiap teori memberikan wawasan yang unik mengenai dinamika politik internasional, dengan menekankan pada faktor-faktor yang berbeda seperti kekuasaan, kerja sama, dan institusi. Meskipun terdapat perbedaan di antara teori-teori ini, ada juga kesamaan yang dapat kita lihat, yang memberikan pemahaman yang komprehensif tentang hubungan internasional.
Realisme
Realisme, menekankan pentingnya kekuasaan dalam membentuk perilaku negara. Para realis berpendapat bahwa negara-negara pada dasarnya peduli dengan keamanan dan kelangsungan hidup mereka sendiri, sehingga mereka memprioritaskan kepentingan pribadi di atas kerja sama. Ada beberapa asumsi atau prinsip dasar mengenai teori realisme.
1) Sistem internasional memiliki sifat anarkis.
2) Negara yang berdaulat berperan sebagai aktor utama dalam sistem internasional.
3) Politik internasional merupakan pertarungan untuk meraih kekuasaan.
4) Hubungan antarnegara ditentukan oleh kemampuan komparatif mereka dalam aspek militer dan ekonomi.
Realisme juga memiliki konsep utama yakni power. Power merupakan pengaruh sebuah negara (atau kapasitas untuk mempengaruhi atau memaksa) yang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan (atau kemampuan relatifnya) tetapi juga: (1) kemauan untuk menggunakan kapasitas tersebut; dan (2) kontrol atau pengaruhnya terhadap negara lain. Menurut Joseph Nye, power dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Hard power: kemampuan militer dan ekonomi
2) Soft power: kemampuan yang berasal dari aspek budaya atau nilai-nilai yang mendukung kapasitas diplomasi suatu negara untuk mempengaruhi negara lain, baik dalam hubungan bilateral maupun multilateral.
3) Smart power: gabungan antara hard power dan soft power.